Menkes Beberkan 3 Hal Tentang Varian Baru COVID-19 yang Perlu Anda Ketahui
ILUSTRASI/ Pixabay

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membeberkan dengan sederhana kemunculan varian baru COVID-19 yang menjadi perhatian dunia termasuk Indonesia. Varian baru COVID-19 yang mulanya ditemukan di Inggris ini disebut Menkes lebih cepat menular.

“Memang virus itu adalah kumpulan protein yang hidup. Untuk membuat ini jadi sederhana sedikit, kenapa dinamakan corona virus dia virusnya bulat ada coronanya, ada kayak tanduk-tanduknya gitu. Yang di dalamnya itu ada protein n, e atau m. yang tanduknya itu namanya protein S. Di dalam protein-protein ini banyak amino acid, komponen di dalam protein yang membentuk protein ini dan itu yang berubah-ubah,” kata Menkes Budi Gunadi dalam video yang dikutip VOI, Minggu, 3 Januari.

Penjelasan ini disampaikan Budi dalam tanya jawab dengan Menparekraf Sandiaga Uno. Video penjelasan Menkes soal varian baru COVID-19 diunggah di akun Instagram Sandiaga Uo.

“Apa dampaknya (varian baru) ke kita? nomor 1 ini lebih cepat menular, nomor 2 tidak lebih mematikan. Nomor 3 tetap bisa dideteksi ada virusnya dengan alat yang ada sekarang, swab antigen atau swab PCR,” papar Menkes. 

Mutasi COVID-19 disebut Menkes tak bisa dideteksi. Namun bila ada orang terpapar virus ini maka dipastikan Menkes dapat terdeteksi.

“Dan kemungkinan besar bisa dihambat oleh vaksin yang ada sekarang,” katanya.

Soal sudah ditemukannya belum varian baru COVID-19 di Indonesia, Menkes menyebut belum teridentifikasi secara konservatif. 

“Kenapa? karena indonesia belum rutin melakukan genome sequencing (pengurutan genom), jadi orang yang sakit diambil sampelnya dilakukan genome sequencing dia mutasi ke berapa, kita belum displin (genome sequencing),” tutur Menkes.

Sebelumnya, Ketua Satuan Tugas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan varian baru COVID-19 yang awalnya ditemukan di Inggris terdeteksi melalui uji usap atau swab test berbasis polymerase chain reaction (PCR). Karena itu IDI meminta masyarakat tidak perlu khawatir soal diagnosis varian baru COVID-19.

"Sekarang ini virusnya ganti baju namun PCR tetap bisa mendeteksi kepala sama kakinya. Artinya PCR tetap bisa mendeteksi varian baru ini, jadi tidak perlu terlalu khawatir untuk diagnosis," kata Zubairi dalam acara gelar wicara yang ditayangkan di akun YouTube BNPB, Selasa, 29 Desember 2020.

Dia menyebut, mutasi virus corona bernama B117 ini memang lebih cepat menular. Bahkan, Zubairi mengatakan virus baru ini 71 persen lebih mudah menular dibandingkan dengan virus yang sebelumnya. Tapi, dia memastikan virus ini tidak lebih mematikan.

"Para ahli sekarang memang amat sangat yakin bahwa (virus baru, red) amat sangat mudah menular namun tidak lebih mematikan. Sekali lagi, tidak lebih mematikan," tegasnya.