Rusia Laporkan Kasus Pertama Varian Baru COVID-19
Ilustrasi - seorang pria diperiksa suhu tubuhnya sebelum mendapat suntikan vaksin COVID-19 di Moskow (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Rusia melaporkan kasus pertama varian baru virus corona yang lebih menular yang pertama kali muncul di Inggris. Kasus ini datang dari seorang warga Rusia yang baru tiba dari Negeri Ratu Elizabeth Inggris dan terbukti positif akhir Desember lalu.

Melansir Antara, Senin, Kantor Berita RIA memberitakan kabar tersebut pada Minggu, 10 Januari, mengutip pengawas kesehatan konsumen.

Rusia menghentikan penerbangan tujuan Inggris mulai Desember hingga 13 Januari terkait temuan jenis baru COVID-19 di Inggris.

Otoritas juga akan memberlakukan masa isolasi mandiri wajib selama dua pekan bagi pendatang asal Inggris.

Rusia pada Minggu, 10 Januari melaporkan 22.851 kasus baru COVID-19, termasuk 4.216 kasus yang tercatat di Moskow, sehingga menambah total menjadi 3.401.954 kasus, sejak pandemi mewabah.

Angka tersebut menjadikan Rusia berada di urutan keempat, negara dengan beban kasus COVID-19 terbanyak di dunia.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membeberkan dengan sederhana kemunculan varian baru COVID-19 yang menjadi perhatian dunia termasuk Indonesia. 

“Memang virus itu adalah kumpulan protein yang hidup. Untuk membuat ini jadi sederhana sedikit, kenapa dinamakan corona virus dia virusnya bulat ada coronanya, ada kayak tanduk-tanduknya gitu. Yang di dalamnya itu ada protein n, e atau m. yang tanduknya itu namanya protein S. Di dalam protein-protein ini banyak amino acid, komponen di dalam protein yang membentuk protein ini dan itu yang berubah-ubah,” kata Menkes Budi Gunadi dalam video yang dikutip VOI, Minggu, 3 Januari.

Penjelasan ini disampaikan Budi dalam tanya jawab dengan Menparekraf Sandiaga Uno. Video penjelasan Menkes soal varian baru COVID-19 diunggah di akun Instagram Sandiaga Uno.

“Apa dampaknya (varian baru) ke kita? nomor 1 ini lebih cepat menular, nomor 2 tidak lebih mematikan. Nomor 3 tetap bisa dideteksi ada virusnya dengan alat yang ada sekarang, swab antigen atau swab PCR,” papar Menkes. 

Mutasi COVID-19 disebut Menkes tak bisa dideteksi. Namun bila ada orang terpapar virus ini maka dipastikan Menkes dapat terdeteksi.