Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan sebanyak 24 negara sudah melaporkan adanya penemuan kasus COVID-19 dengan varian XBB.

“Negara tetangga terdekat kita, yaitu Singapura  sudah mengalami peningkatan kasus COVID-19, setelah ditemukannya sub varian XBB. Tren kasusnya adalah 8.056 kasus dengan varian dominannya XBB 73,3 persen,” kata Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kemenkes Achmad Farchanny Tri Adryanto dilansir ANTARA, Kamis, 27 Oktober.

Berdasarkan data Cov-Spectrum per tanggal 19 Oktober 2022, enam dari 24 negara yang melaporkan memiliki proporsi kenaikan kasus tertinggi akibat varian XBB adalah Bangladesh 100 persen, Singapura 73,30 persen, India 16,70 persen, Kamboja 7,10 persen, Australia 3,30 persen dan Austria 2,50 persen.

Sedangkan delapan negara yang menunjukkan adanya tren kenaikan kasus positif COVID-19 yakni Singapura, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Kanada, Selandia Baru, Brunei Darussalam dan Indonesia.

Farchanny membeberkan di Indonesia sendiri sudah ditemukan empat kasus dengan varian XBB. Di mana tiga kasus berasal dari DKI Jakarta dan positif XBB. Sementara satu kasus lainnya berasal dari Jawa Timur dan positif XBB.1.

Meski terinfeksi varian XBB, Farchanny menyatakan tiga pasien memiliki gejala ringan seperti batuk, pilek dan demam. Sedangkan satunya tidak bergejala COVID-19 apapun dan dua di antaranya memiliki riwayat perjalanan dari Singapura.

“Jadi 3.000-an kasus total saat ini, di kita itu tetap sub varian yang dominan adalah BA.5. Kalau yang XBB baru terlaporkan empat. Ini memang sejak awal sudah disampaikan oleh para pakar memang virus ini, akan terus bermutasi,” katanya.

Farchanny mengatakan hingga per Kamis (27/10), tingkat positivity rate di Indonesia meningkat jadi 10,23 persen. Sebanyak 29.785 orang sudah melakukan tes COVID-19. Dengan rincian 11.464 orang yang sudah di tes PCR, namun 2.074 orang di antaranya dinyatakan positif COVID-19.

Sedangkan dari 18.321 orang yang diperiksa melalui antigen, 344 di antaranya positif terkena COVID-19. Ia menekankan walaupun baru ada empat kasus dengan varian XBB yang ditemukan, masyarakat mau tidak mau sudah dituntut untuk beradaptasi dan hidup bersama dengan COVID-19.

Dengan demikian, penerapan protokol kesehatan yang diimbangi dengan vaksinasi harus diperkuat, agar manusia bisa mengatasi beragam varian COVID-19 akibat mutasi. Hal itu secara ilmiah terbukti dapat meringankan keparahan dan karakter dari virus tersebut.

Dia berharap semua masyarakat tidak meremehkan varian XBB karena tingkat penularannya yang sangat cepat, sehingga Indonesia tidak perlu menghadapi gelombang COVID-19 lainnya saat memasuki awal tahun baru nanti.

“Kalau secara global atau di Indonesia, kasusnya ini memang cenderung meningkat. Jadi kami menyampaikan kepada masyarakat Indonesia ayo kita mulai lebih waspada lagi,” ujar dia.