JAKARTA - Kementerian Kesehatan meminta masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan seiring dengan ditemukannya virus COVID-19 varian XBB di Indonesia.
"Walaupun angka kasus di dalam negeri rendah, kematian rendah maka bukan tidak mungkin dapat meningkat lagi beberapa hari ke depan," ujar Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono dilansir ANTARA, Sabtu, 22 Oktober.
Maka itu masyarakat diimbau untuk menjaga protokol kesehatan dengan baik, tambahnya.
Dia berharap, karakteristik virus COVID-19 varian XBB itu tidak lebih berbahaya seperti Delta. Saat ini, pemerintah sedang melakukan pemetaan dan evaluasi terhadap varian tersebut.
"Sedang kita petakan, namun memang datanya masih belum lengkap untuk varian tersebut. Seiring berkembangnya waktu kita akan melihat karakteristiknya berdasarkan klinis yang muncul dan evaluasinya," tuturnya.
Saat ini, Dante menyampaikan, varian XBB sedang merebak di Singapura. Sekitar 6.000 hingga 9.000-an pasien setiap harinya terinfeksi virus COVID-19 varian XBB.
Kendati demikian, lanjut dia, pemerintah belum melakukan pembatasan aktivitas masyarakat.
"Pembatasan dinamis, sampai saat ini belum ada pembatasan, kalau kasus meningkat tentu akan ada pembatasan. Karena itu, daripada pemerintah melakukan pembatasan lebih baik menjaga protokol kesehatan," katanya.
Secara terpisah, Juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. M. Syahril mengatakan, sebanyak 24 negara melaporkan temuan Omicron varian XBB, termasuk Indonesia.
Kasus pertama XBB di Indonesia merupakan transmisi lokal, terdeteksi pada seorang perempuan berusia 29 tahun yang baru saja kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Ada gejala seperti batuk, pilek dan demam. Ia kemudian melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif pada 26 September. Setelah menjalani isolasi, pasien telah dinyatakan sembuh pada 3 Oktober," paparnya.
Menyusul temuan ini, Kemenkes bergegas melakukan upaya antisipatif dengan melakukan testing dan tracing terhadap 10 kontak erat. Hasilnya, seluruh kontak erat dinyatakan negatif COVID-19 varian XBB.
Syahril mengatakan meski varian baru XBB cepat menular, namun fatalitasnya tidak lebih parah dari varian Omicron.
Kendati demikian, lanjut dia, negara belum bisa dikatakan aman dari pandemi COVID-19. Sebab, berbagai mutasi varian baru masih berpotensi terus terjadi.
Dalam tujuh hari terakhir, disampaikan, dilaporkan terjadi kenaikan kasus di 24 provinsi.