Pertumbuhan Ekonomi Arab Saudi Minus 1 Persen di Kuartal I 2020
Ilustrasi. (Achmad Basarrudin/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Arab Saudi tercatat minus atau terkontraksi sebesar 1 persen pada kuartal I 2020. Berdasarkan data resmi yang dirilis Selasa 30 Juni, menunjukkan penurunan ini akibat dampak penurunan harga minyak dan krisis akibat pandemi COVID-19 yang mulai memburuk pada bulan Maret.

"Pertumbuhan negatif ini terutama berasal dari kontraksi di sektor minyak sebesar 4,6 persen. Sementara sektor non-minyak mencatat tingkat pertumbuhan positif 1,6 persen," kata General Authority for Statistics atau BPS-nya Arab Saudi, seperti dikutip dari Reuters, 30 juni

Negara pengekspor minyak terbesar di dunia ini menghadapi penurunan ekonomi terburuk tahun ini setelah pandemi COVID-19 mengurangi permintaan minyak mentah global. Berbagai protokol di dunia tentang langkah menahan penyebaran COVID-19 merugikan pendapatan non-minyak Saudi.

"Krisis akibat virus corona berarti adalah kabar lama. Dan angka di kuartal kedua tampaknya akan lebih mengerikan," ekonomi untuk Timur Tengah dari Capital Economics, James Swanston.

Pada kuartal pertama, nilai ekspor minyak Arab Saudi turun sekitar 11 miliar dolar AS secara tahunan. Di bulan April saja, penurunannya mencapai 12 miliar dolar AS.

Pemotongan produksi tajam di bulan Mei dan Juni yang bertujuan untuk mengangkat harga minyak kemungkinan akan membebani PDB minyak lebih lanjut di kuartal kedua. Angka yang dikeluarkan oleh Saudi Arabian Monetary Authority pekan ini menunjukkan bahwa pendapatan non-minyak bulan Mei akan terus tertekan.

Tak hanya minyak, keuntungan untuk sektor perbankan bahkan merosot hampir 40 persen di bulan Mei. "Langkah-langkah Seperti lockdown dan kepercayaan yang lemah terus membebani pengeluaran," ungkap Arqaam Capital yang berbasis di Dubai.

Arqaam memperkirakan, belanja konsumen turun 32 persen secara tahunan pada bulan Mei. Pada bulan sebelumnya atau April, terjadi penurunan belanja konsumen sebesar 35 persen.

Untuk meningkatkan pendapatan non-minyak, pemerintah Arab Saudi telah memerintahkan peningkatan pajak pertambahan nilai (PPN). Tapi justru hal itu kemungkinan akan mengurangi belanja konsumen dan memperlambat pemulihan ekonomi setelah lockdown dilonggarkan.

Sebagai informasi, International Monetary Fund (IMF) memperkirakan ekonomi Arab Saudi akan anjlok 6,8 persen tahun ini.