Indonesia Kembali Kedatangan 5 Juta Vaksin Sinovac dan 1 Juta AstraZeneca
ILUSTRASI/UNSPLASH

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Indonesia kembali menerima kedatangan 5 juta dosis vaksin Sinocava dan 1.086.000 dosis vaksin AstraZeneca pada tahap ke-43 dan 44 hari ini.

Juru bicara COVID-19 dari PT Bio Farma, Bambang Heriyanto menyebut, vaksin yang tiba di Bandara Soekarno Hatta ini dilakukan melewati jalur pembelian langsung.

"Dengan hadirnya kedua vaksin tersebut, berarti Indonesia sudah kedatangan vaksin COVID-19 sebanyak 208,7 juta dosis," kata Bambang dalam keterangannya, Jumat, 27 Agustus.

Bambang menuturkan, pemerintah terus berupaya mendatangkan vaksin untuk mengamankan stok sehingga kebutuhan setiap daerah untuk melakukan vaksinasi tetap terpenuhi.

Dia menyebut vaksin yang telah terdistribusi sebanyak 123.256.044. Dari jumlah tersebut, vaksin Sinovac (CoronaVac) 1 dosis tersalur sebanyak 3 juta dosis, vaksin COVID-19 Bio Farma sebanyak 89.366.140 dosis, AstraZeneca sebanyak 15.982.584 dosis.

Kemudian, Moderna telah disalurkan sebanyak 7.558.810 dosis, CoronaVac 2 dosis sebanyak 6.848.644 dosis,

dan Sinopharm dari hibah sebanyak 499.866 dosis. Adapun total vaksin yang terdistribusi selama periode 1 sampai 26 Agustus 2021 mencapai 36.631.654 dosis.

"Bio Farma senantiasa akan terus mendistribusikan vaksin COVID-19 ke lokasi yang membutuhkan sesuai dengan arahan dari Kementerian Kesehatan," tutur Bambang.

Sementara itu, pakar imunisasi, Elizabeth Jane Soepardi menyebut target vaksinasi untuk mencapai kekebalan komunal dan mengendalikan pandemi adalah 70 persen penduduk yang suadh divaksinasi.

"Saat ini Indonesia baru mencapai 21 persen. Tentu negara dengan penduduk lebih kecil dari Indonesia bisa lebih mudah mendekati angka 70 persen," ucap dia.

Untuk memutuskan rantai penularan virus di tengah keterbatasan stok vaksin, pemerintah daerah diharapkan dapat mendahulukan daerah yang kasus COVID-19 yang paling banyak. Umumnya, kasus banyak pada daerah yang lebih padat penduduk dan mobilitas tinggi.

"Dengan cara ini, otomatis cakupan imunisasi akan lebih cepat meningkat dibanding vaksin yang ada di distribusi secara merata," jelas Jane.