BOR RS Nasional Turun Jadi 29 Presen, Jokowi: Alhamdulillah, Ini Patut Kita Syukuri
Residen Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) saat membuka Rakornas Pengendalian Inflasi 2021 di Istana Negara/ Antara

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan rasio tempat tidur terpakai (bed occupancy ratio/BOR) di rumah sakit (RS) secara nasional saat ini sudah menurun ke 29 persen. Hal ini seiring terus menurunnya penambahan kasus harian COVID-19.

"Alhamdulillah BOR kita pada hari ini BOR nasional sudah turun menjadi 29 persen. Ini patut kita syukuri," kata Presiden Jokowi dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia secara virtual, yang dipantau dari kanal Youtube INDEF, Jakarta, Kamis.

Jokowi mengatakan BOR nasional sempat berada di angka 68 persen pada akhir Desember 2020. Lalu, melandai pada pertengahan Mei 2021 di angka 29 persen.

Namun, kondisi yang membaik di awal 2021 itu tak berlangsung lama. Hal itu karena pada pertengahan Juli 2021, kasus COVID-19 di Tanah Air melonjak akibat munculnya virus corona varian Delta yang sangat mudah menular.

Pada 18 Juli 2021, Presiden mendapat laporan bahwa BOR nasional sudah mencapai 80 persen, bahkan di beberapa rumah sakit tingkat keterisian sudah 100 persen.

Menurut Presiden, kondisi BOR di Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta selalu ia cermati dan menjadi indikator penting kondisi pandemi COVID-19.

Pada September 2021, Presiden menyebut BOR Wisma Atlet pernah mencapai 92 persen. Namun setelah itu terus melandai hingga 15 persen pada pertengahan Mei 2021.

“Tapi melompat di akhir Juni 2021, tanggal 30 Juni, bahkan mencapai 91 persen, dan di teruskan dua minggu kalau kenaikannya tetap pasti Wisma Atlet akan collapse,” ujarnya.

Pemerintah lalu mengeluarkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Saat ini, BOR di RSDC Wisma Atlet telah menurun hingga 12 persen. Meski demikian, Presiden mengingatkan seluruh pihak untuk tetap waspada terhadap penularan COVID-19.

“Waspada, dan penuh kehati-hatian dalam memutuskan setiap policy yang ada, karena barang ini sulit diduga, barang ini sulit diprediksi, dan penuh ketidakpastian, apalagi yang namanya varian delta,” jelas Presiden Jokowi.