JAKARTA - Seorang pria bernama Amir Saripudin (49) harus mendekam di balik jeruji besi lantaran terlibat perkara pencabulan. Dalam aksinya, modus yang digunakan untuk mengelabui korban dengan menjadi dukun atau guru spiritual.
Belum diketahui jumlah korban yang terperdaya dengan modus ini. Hanya saja, empat pasien yang menjadi korban pencabulan melaporkan ke polisi. Amir menjalankan kegiatan ini sudah 1,5 tahun.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus mengatakan, aksi pelaku bermula ketika korban mendatangi rumah Amir di kawasan Depok, Jawa Barat. Bermaksud untuk membersihkan diri, para korban pun berkonsultasi dengan pelaku.
Lantas pelaku menyarankan agar para korban menjalani ritual mandi kembang dengan tujuan membuang kesialan. Para korban menyetujui saran yang diberikan tersebut.
"Para korban bergantian untuk dimandikan air kembang oleh pelaku sebagai ritual yang dilakukan," kata Yusri, Kamis, 25 Juni.
Saat korban berada di kamar mandi, niat jahat pelaku muncul. Korban diminta untuk melepaskan pakaian dengan dalih agar lebih suci. Korban menuruti perintah pelaku dan membuka semua pakaian yang dikenakan.
Dalam kondisi telanjang bulat, korban disiram dengan air yang sebelumnya ditaburi bunga. Kemudian, pelaku mulai melancarkan aksinya.
Bagian tubuh vital seperti meremas payudara korban menjadi target pelaku. Agar tak melawan, pelaku sembari berpura-pura membaca mantra seolah apa yang dilakukanya merupakan rangkaian ritual. Namun, di akhir perbuatanya, pelaku mengancam korban agar tidak memberi tahu kepada siapapun.
"Jangan bilang siapa-siapa, nanti kena tulahnya atau akibatnya," ungkap Yusri menirukan perkataan pelaku kepada korban.
Tindakan pencabulan yang dilakukan oleh pelaku untuk beberapa waktu tak tercium. Hingga akhirnya, pada 1 April, para korban melaporkan hal itu kepada polisi. Sehingga, polisi mulai menyelidiki perkara itu dan berujung penetapan tersangkap terhadap dukun cabul tersebut.
Kepercayaan masyarakat
Sosiolog Universitas Gajah Mada, Sunyoto Usman mengatakan, kepercayaan masyarakat terhadap mistis memang masih tinggi. Sebab jika melihat lebih luas, budaya-budaya di Indonesia tak dipungkiri mengandung juga unsur mistis di dalamnya.
Tetapi, untuk perkara ini, permasalahan ada pada pola pikir korban. Mereka seolah tak lagi bisa mencari jalan keluar dari suatu masalah sehingga memutuskan pergi ke orang-orang yang dikatakan memiliki kemampuan mistis.
"Ketika nalar (rasional, red) tidak dapat memecahkan masalah, orang biasanya lalu pergi ke gaib termasuk ke dukun," ucap Usman.
Bahkan, ketika masyarakat sudah menaruh kepercayaan pada orang yang memiliki kemampuan mistis, maka, akal sehat mereka seolah menghilang. Sehingga, semua perintah dari dukun atau sebagainya dianggap sebagai kebenaran dan harus dilakukan atau dituruti.
Padahal, orang-orang yang dikatakan memiliki kemampuan mistis belum terbukti kebenarannya. Sebab dalam praktik mistis, biasanya banyak kebohongan atau tipu daya.
Selain itu, kepercayaan masyarakat juga kerap dimanfatkan oleh orang tak bertanggungjawab. Kebanyakan, praktik mistis atau pengobatan dijadikan sebagai bisnis.
"Dunia dukun memang penuh kebohongan dan porno. Orang yang pergi ke dukun sejak awal sudah kehilangan nalar sehat," tegas Usman.
Bahkan, dalam tipu daya yang dilakukan, kebanyakan juga melibatkan banyak orang sebagai pihak ketiga yang berperan sebagai penyebar informasi dan meyakinkan calon korban.
"Dukun biasanya tidak bekerja sendiri, dia punya jaringan kaki tangan yang berperan menyebarkan informasi, menjembatani interaksi dan transaksi. Jaringan tersebut juga memberikan legitimasi bahwa dukun mempunyak kekuatan supra natural yang dapat memecahkan berbagai persoalan," papar Usman mengakhiri.