Mendag Kaji Berikan Stimulus ke Pusat Perbelanjaan
Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto. (Foto: Twitter @Kemendag)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan akan memberikan pendampingan dan bantuan kepada pelaku usaha ritel. Hal ini karena pusat perbelanjaan telah mengalami penurunan penjualan signifikan akibat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, saat ini pusat pembelanjaan modern telah dibuka kembali setelah adanya PSBB transisi. Ia berharap, langkah ini dapat menggerakkan roda perekonomian yang melemah akibat tekanan pandemi COVID-19.

"Sendi-sendi perjuangan ini harus jalan, kita tidak boleh terpuruk terus, salah satunya membuka ritel modern atau pusat perbelanjaan dengan mengedepankan protokol kesehatan. Sesuai arahan dari Pak Presiden, keselamatan dan kesehatan masyarakat harus diprioritaskan," ujarnya, dalam acara Special Dialogue IDX Channel, Kamis, 25 Juni.

Agus menjelaskan, pengoperasian mal memang belum bisa 100 persen kembali normal karena masih berada di masa PSBB transisi. Namun, jika hal ini sama sekali tidak dilakukan maka sektor ritel modern akan semakin terpuruk.

Lebih lanjut, Agus mengatakan, untuk membantu usaha ritel bertahan di tengah pandemi ini, pemerintah telah menyiapkan beberapa stimulus.

"Ada beberapa stimulus yang dikeluarkan nanti, sedang dalam tahapan. Karena pemakaian listrik dikeluhkan pengelola pusat perbelanjaan dan ini sudah kita teruskan mudah-mudahan dalam waktu dekat tidak ada batas minimum pemakaian. Sehingga pengelola mal dan penyewa ritel terbantu," tuturnya.

Agus menegaskan, dirinya juga akan memperjuangkan apa yang diminta oleh pelaku usaha ritel agar pengoperasian kembali mal berjalan optimal. Selain itu, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan kementerian lain untuk mendapatkan solusi terbaik bagi operasional mal di masa pandemi COVID-19.

"Kemarin saya sudah sampaikan bahasan di mal, pemakaian 40 jam ini yang ditiadakan ini sedang kita bicarakan dengan kementerian lain untuk mengeluarkan kebijakan ini. Kemudian memang perlu waktu. Dengan situasi new normal budaya kita berubah tapi demi kepentingan supaya roda perkonomian kita jalan supaya jangan sampai terpuruk sampai dalam," jelasnya.

Hindari PHK

Menurut Agus, berdasarkan data saat ini sudah terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) namun memang belum signifikan. Meski begitu, ia berharap, kondisi ini tidak semakin parah.

"Ini yang harus kita cegah. Pusat perbelanjaan kita buka karena sekarang ini banyak beberapa PHK sekitar 0,5 sampai 6 persen, kemudian perbelanjaan agak turun revenuenya sekitar 30 sampai 40 persen," katanya.

Agus menyebut, dengan dibukanya kembali mal antusias dari masyarakat caji ukup tinggi karena mereka selama tiga bulan belakangan melakukan kegiatan dari rumah, baik itu bekerja, belanja dan belajar.

"Nah ini kita harus buka sedikit sehingga situasi sekarang bisa kembali normal dengan berapa tahapan," tuturnya.