'Jobless' Jadi Faktor Penyebab Maraknya Peredaran Narkotika
Konferensi Pers War on Drugs dengan barang bukti berupa sabu-sabu seberat 324,3 kg (foto: dok. antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala BNN RI Petrus Reinhard Golose menyatakan, maraknya peredaran narkotika karena banyak jobless (pengangguran) sehingga masyarakat gelap mata menjalankan bisnis haram tersebut.

"Banyak Jobless salah satu faktor banyak orang tidak dapat pekerjaan. Dengan modal sedikit bisa menjual narkotika jenis shabu," kata Kepala BNN RI kepada wartawan, Sabtu 21 Agustus.

Lebih lanjut Kepala BNN RI merinci, harga narkotika jenis shabu berbeda di setiap provinsi Indonesia.

"Harga satu provinsi dengan satu provinsi yang lain terjadi perbedaan. Harga shabu bervariasi, harga berbeda di tiap-tiap provinsi Indonesia," ujarnya.

Jaringan narkotika ini ada dari Afghanistan, Iran dan Pakistan. Sindikat narkotika juga menguasai peredaran yang disebut bulan sabit emas.

"Sekarang Taliban sudah menguasai Afghanistan. Sindikat narkotika juga menguasai peredaran disebut bulan sabit emas," katanya.

Bahkan ia menyebutkan, sebelum Afghanistan jatuh, pemerintah (Afghanistan) tidak bisa intervensi banyak barang (narkotika) jatuh (transit). "Ini hanya sindikasi, bukan dari negaranya. Ini dari Golden Triangle," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama Bea dan Cukai menggagalkan upaya penyelundupan narkotika yang dilakukan jaringan sindikat Thailand dan Aceh, Kamis 19 Agustus, kemarin.

Dari hasil pengungkapan itu, BNN menyita barang bukti 324,3 kilogram narkotika jenis shabu.

Para tersangka dijerat Pasal 114 ayat (2) Jo Pasal 132 ayat (1) dan Pasal 112 ayat (2) Jo Pasal 132 ayat (1) UU Narkotika No 35 Tahun 2009 dengan ancaman maksimal hukuman mati