Angka Kematian COVID-19 di Jawa Timur Tinggi, Jokowi ke Pemda: Sekarang Enggak Bisa Kerja Hanya Duduk di Kantor
Presiden Jokowi (via Youtube Sekretariat Presiden)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyoroti tingginya angka kematian kasus COVID-19 di Jawa Timur. Tercatat, saat ini angka kematiannya mencapai 7,1 persen. Sementara, angka kematian COVID-19 secara nasional di angka 3,1 persen.

Menurut Jokowi, saat ini setiap jajaran Forkopimda, khususnya di Jawa Timur, tak lagi bekerja menanggulangi COVID-19 hanya dengan memantau dari kantornya masing-masing.

Hal ini disampaikan Jokowi dalam pengarahan kepada Forkopimda Jawa Timur di Madiun pada 19 Agustus 2021.

"Kita sekarang enggak bisa kerja lagi makro, enggak bisa. kerja hanya duduk di kantor, itu enggak bisa. Posisi seperti ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan lapangan," kata Jokowi dalam tayangan Youtube Sekretariat Presiden, Jumat, 20 Agustus.

Jokowi menilai, tingginya angka kematian COVID-19 di Jawa Timur disebabkan pasien yang isolasi mandiri terlambat dibawa ke lokasi isolasi terpusat.

Kemudian, saat melakukan isolasi mandiri dan mengalami perburukan gejala, saturasi oksigen pasien COVID-19 tersebut sudah telanjur menurun, sehingga kondisinya semakin parah saat dibawa ke rumah sakit.

"Dua (faktor) ini menurut saya kenapa tinggi. Sehingga, isolasi terpusat itu menjadi kunci baik untuk penyebaran juga untuk menekan angka kematian," tutur Jokowi.

Karenanya, Jokowi meminta Pangdam dan Kapolda Jawa Timur untuk segera menugaskan Dandim, Danrem, dan Kapolres di wilayahnya masing-masing agar memindahkan pasien COVID-19 isolasi mandiri ke isolasi terpusat.

Selain itu, Jokowi juga meminta setiap pemerintah kabupaten/kota di Jawa Timur untuk memantau kondisi keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) perawatan COVID-19.

"Setiap bupati dan wali kota lihat betul BOR setiap harinya posisinya seperti apa. Ini BOR setiap kabupaten dan kota ada semuanya. Saya, kalau pagi, itu yang kita lihat selalu angka-angka seperti ini, untuk melihat kewaspadaan kita," ungkap Jokowi.

"Jangan sampai kita enggak tahu posisinya, kemudian virusnya masuk, baru kita gerobyakan (tergesa-tergesa merespons). Ini jangan sampai terjadi," pungkasnya.