Mendalami Siasat Israel Aneksasi Sepihak Wilayah Palestina
Ilustrasi (Sumber: Ahmed Abu Hameeda/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Kemarin, ribuan warga Palestina berunjuk rasa di Jericho memprotes rencana sepihak Israel menganeksasi Tepi Barat dan Lembah Jordan. Tak cuma di Jericho. Rencana pencaplokan wilayah Palestina yang didukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump itu mendapat gelombang protes internasional.

Demonstrasi yang digelar di Jericho, Lembah Jordan bagian selatan bergulir atas seruan Fatah, partai presiden Palestina Mahmud Abbas, menurut AFP. Ini merupakan langkah terbesar Trump sejak mengeluarkan rencana kontroversialnya pada Januari untuk mendamaikan Israel dan Palestina. "Kami tidak akan membiarkan Israel mencuri tanah kami," kata salah seorang demonstran, Kamal Said.

Sementara, demonstran lain, Mohammed Ishloon mengatakan, negara Palestina akan kehilangan tanahnya apabila rencana itu tetap dilanjutkan. "Jika Israel menganeksasi, tidak akan ada tanah tersisa untuk negara Palestina," katanya. 

Palestina tentu menolak rencana itu. Kini mereka berusaha menggalang dukungan internasional untuk menentangnya. Sementara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap teguh pada rencananya yang akan mulai diimplementasikan pada 1 Juli menurut France 24.

Dalam rencana aneksasi Israel, mereka berdalih akan membantu pembentukan negara Palestina. Namun, dengan syarat pengurangan wilayah Palestina dan tanpa memenuhi permintaan utama negara tersebut untuk menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Rencana itu tentu saja menyulut kamerahan warga Palestina. Dalam unjuk rasanya, terlihat mereka menulis aspirasi tegas seperti "Palestina tidak untuk dijual" dan "Tidak ada negara Palestina tanpa Lembah Jordan."

Penolakan internasional

Delegasi PBB untuk Timur Tengah Nickolay Mladenov turut memprotes dan mengkritik rencana aneksasi yang didukung AS. Ia mengatakan rencana tersebut dapat "membunuh" perdamaian dan mengancam negara Palestina. 

"PBB percaya pencaplokan itu bertentangan dengan hukum internasional," kata Mladenov dikutip Aljazeera."Jika itu terjadi itu mungkin membunuh gagasan bahwa perdamaian dan kenegaraan bagi rakyat Palestina dapat dicapai melalui negosiasi," tambahnya. 

Mladenov bilang bahwa wilayah tersebut merupakan rumah bagi warga Palestina oleh karena itu jangan lupakan perjuangan pembebasan Palestina. "Anda tidak menyewa rumah, ini rumah Anda. Jangan lupa tujuan negara Palestina yang bebas," katanya.

 

Seperti diketahui, Tepi Barat yang diduki Israel pada 1967 adalah rumah bagi 2,7 juta warga Palestina dan 450 ribu pemukim Israel. Jordan memiliki perjanjian damai dengan Israel, namun jika rencana aneksasi itu berjalan, maka negara-negara lain pendukung perdamaian akan bersikap oposan terhadapnya.

Rencana aneksasi itu banyak ditentang komunitas internasional termasuk negara-negara Arab. Sementara negara-negara Uni Eropa juga telah menyuarakan keprihatinan atas langkah sepihak Israel untuk menjajah wilayah pendudukan Palestina. 

Gerakan protes itu terlihat pada persamuhan para diplomat China, Rusia, Uni Eropa dan Jepang kemarin. Pejabat senior Palestina Saeb Erekat mengatakan kepada AFP bahwa "koalisi internasional" termasuk negara-negara Arab, Afrika dan Eropa mendukung Palestina untuk menolak rencana aneksasi Israel.