JAKARTA - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengaku prihatin atas nasib wanita dan anak-anak di Afghanistan. Kekhawatiran itu dikarenakan memburuknya situasi di Afghanistan pascakelompok fundamentalis Taliban menguasai Ibu Kota, Kabul.
"Terus ada laporan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang serius dan pelanggaran di masyarakat yang paling terkena dampak pertempuran. Gutteres sangat prihatin dengan masa depan perempuan dan anak-anak, yang haknya harus dilindungi," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric menirukan Guterres, dikutip Reuters, Senin, 16 Agustus.
"Semua pelanggaran harus dihentikan. Dia menyerukan kepada Taliban dan semua pihak lain untuk memastikan hak dan kebebasan semua orang dihormati dan dilindungi," kata Dujarric.
Sebelumnya, Guterres sendiri pada Jumat lalu telah meminta Taliban untuk menghentikan serangan mereka. Imbauan itu dikemukan untuk segera meredam konflik di Afghanistan. Apalagi, PBB memiliki sekitar tiga ribu staf nasional dan sekitar tiga ratus staf internasional.
BACA JUGA:
Sebagai bentuk kepedulian, PBB bersedia memberi ruang kepada seluruh pihak yang bertikai untuk melakukan perdamaian. Lebih lagi, upaya itu dilakukan demi menegakkan HAM bagi wanita dan anak-anak supaya mereka tak kembali menjadi korban dari perebutan kekuasaan.
"PBB tetap bertekad untuk berkontribusi pada penyelesaian damai, mempromosikan hak asasi manusia semua warga Afghanistan, terutama perempuan dan anak-anak, dan memberikan bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan jiwa dan dukungan kritis kepada warga sipil yang membutuhkan," tambah Dujarric.
Sebelumnya, Taliban telah meningkatkan serangan kepada pemerintah Afghanistan selepas Amerika Serikat menarik mundur pasukannya. Alhasil, dalam beberapa hari Taliban segera menguasai kota-kota penting di Afghanistan.