Kapan Obyek Wisata Bali Dibuka?
ILUSTRASI FOTO/ANTARA

Bagikan:

DENPASAR - Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa, belum bisa memastikan obyek wisata di Pulau Bali akan kembali dibuka yang sudah tutup sejak PPKM Darurat hingga saat ini.

Dibukanya obyek wisata di Bali, disebut Astawa tergantung kebijakan pemerintah pusat dan juga melihat kasus COVID-19 di Pulau Dewata.

"Yang membuat kebijakan Pusat (atau) Satgas Covid-19, Menteri Dalam Negeri kan ada instruksinya itu. Kita, ikut dulu secara baik semua peraturan-peraturan pemerintah tersebut, supaya Covid-19 bisa melandai dulu," kata Astawa, saat dihubungi Senin, 16 Agustus. 

Namun, pihaknya memperkirakan obyek wisata di Bali dibuka menunggu kasus harian COVID-19 melandai. Karena, saat ini kasus COVID-19 di Bali di atas angka 1.000 lebih.

"Kalau nanti rumah sakit penuh dan kewalahan kan habis juga dana pemerintah terkuras untuk penanganan COVID-19. Sekarang, Bali masih di angka 1.000 lebih kalau saja bisa di angka ratusan, mungkin 150 ini, kan kita bisa buka lagi," katanya.

"Harapan kita, bisa menurun dari segi penularannya. Makannya, sekarang kebijakan Bapak Gubernur mulai isolasi terpusat itu. Tapi, kita sependapat antara menyeimbangkan kepentingan kesehatan dengan kepentingan ekonomi," lanjutnya.

Sementara, untuk kunjungan wisatawan domestik ke Bali selama PPKM Darurat hingga saat ini tentu mengalami penurunan. Hal itu, diketahui dari Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) yang datang ke Bali selama PPKM lewat Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Dalam sehari, PPDN di masa PPKM yang tiba di Bali diangka 900 hingga 800 kendati itu bukan wisatawan seluruhnya. Dia memperkirakan sekitar 500 wisatawan domestik per hari yang datang ke Bali. Wisatawan itu, paling banyak didominasi dari Jakarta, Surabaya, Sulawesi dan Lombok. 

Astawa menerangkan, sebelum PPKM Darurat wisatawan domestik datang ke Bali mencapai 7.000 hingga 8.000 per hari, bahkan pernah 10 ribu. Selain itu, juga pernah dengar adanya program Work From Bali (WFB) mencapai 13 ribu per hari. Namunsetelah PPKM mengalami penurunan drastis hingga 88 persen.

"Iya, 88 persen penurunannya dibandingkan sebelum PPKM," ungkapnya.

Wisatawan diprediksi akan kembali ramai ke Bali setelah kasus Covid-19 menurun dan itu bisa dicapai dengan vaksinasi yang menargetkan

70 persen masyarakat Bali tervaksinasi yang kemungkinan selesai di Bulan September 2021.

"Saya, punya prediksi kalau menurut WHO apabila 70 persen masyarakat Bali sudah tervaksin akan terjadi herd imunity (atau) kekebalan kelompok. Kalau, vaksinasi (tahap) kedua sekitar akhir bulan September dan mudah-mudahan itu benar, sehingga masyarakat kita sudah 70 persen tervaksin pasti sudah turun COVD-19-nya," katanya.

Bila vaksinasi tahap kedua usai di akhir Bulan September dan kasus COVID-19 menurun, pihaknya tentu akan mengupayakan pembukaan border untuk wisatawan asing hingga bisa berwisata ke Bali namun dengan menyiapkan segala fasilitas penunjang.

"Kita, ingin ada oven border selain itu kita menyiapkan SOP untuk kedatangan wisatawan di bandara sampai ke hotel. 

Kemudian, juga penegakan Covid-19  dilakukan, lalu green zone juga kita buat di Nusa Dua, Sanur dan Ubud, harapan kita di akhir September vaksinasi ke dua itu akan terjadi penurunan (kasus Covid-19)," harapnya.

"Solusinya, bagaimana ekonomi itu bisa jalan dan kesehatan juga harus diantisipasi. Iya, kita buka secara bertahap jangan semua negara kita buka untuk Bali. Tapi negara-negara yang resiko COVID-19-nya rendah. Misalnya, di mana negara yang sudah tervaksin banyak sehingga orang-orang yang ke Bali sudah menunjukkan surat keterangan vaksin. Bisa kita buka dulu secara bertahap melalui travel bubble," ujar Astawa.