JAKARTA – Polda Metro Jaya baru saja menggelar rekonstruksi perkara pembunuhan wanita di kolong tol Bekasi pada Jumat 13 Agustus. Melalui rekonstruksi tersebut, sejumlah adegan diperagakan untuk mengetahui kronologis dari kejadian tersebut. Terungkap, motif dibalik perkara ini adalah dorongan hawa nafsu tersangka yang tidak terpenuhi.
Kriminolog Lucky Nurhadiyanto, M.Si. turut menyoroti peristiwa ini dari awal hingga tertangkapnya sang pelaku. Dari kejadian itu Lucky menyimpulkan tiga hal, kepribadian impulsif pelaku, rendahnya kontrol diri, lemahnya ikatan sosial.
“Pertama, kepribadian impulsif pelaku, yang nampak dari mudahnya melayangkan pukulan. Tindakannya berisiko, berpikiran pendek dan dominasi perbuatan non-verbal. Kedua rendahnya kontrol diri, mulai dari tidak adanya pengawasan dan ketidakstabilan relasi sosial. Tiga, lemahnya ikatan sosial yang terjalin di antara pelaku dan korban. Akumulasi ketiga aspek tersebut bermuara pada rentannya pelaku terhadap berbagai stimulus eksternal, dalam hal ini seperti adanya makian dari korban dan keinginan yang tidak dipenuhi korban.” terang Lucky, Kriminolog Universitas Budi Luhur kepada VOI, Jumat 13 Agustus.
BACA JUGA:
Lucky menilai apa yang dilakukan tersangka cenderung spontan, tidak ada persiapan. Tersangka hanya berupaya menutupi jejaknya setelah menghilangkan nyawa seseorang.
“Dari kronologis kecenderungan unsur spontan atau reaktif lebih dominan. Seperti tidak ada persiapan yang dilakukan pelaku dan niat kuat untuk melakukan pembunuhan. Unsur niat yang dikonversikan menjadi perbuatan seringkali menjadi motif dalam pembunuhan berencana. Namun, dalam kasus pembunuhan kolong tol Bekasi tidak nampak. Niatan korban terlihat dari upaya untuk mengaburkan jejaknya bukan tendesi melakukan pembunuhan. Selain itu, hal ini juga nampak dari minimnya persiapan yang dilakukan pelaku.” papar Lucky,
Dugaan adanya gangguan psikis, Lucky belum bisa meneliti lebih dalam lantaran karena dibutuhkan penelusuran dan kajian mendalam dari tersangka.
“Berkaitan dengan gejala gangguan psikis membutuhkan penelusuran dan kajian yang lebih mendalam. Pada konteks kriminologis, elemen konstruksi sosial yang dialami pelaku seperti sikap impulsif, kontrol diri yang rendah, dan lemahnya ikatan sosial cenderung lebih dominan.” Jelasnya.
Secara sederhana, Lucky menganggap adanya impulsifitas pelaku mendorong untuk melakukan pembunuhan.
“Rapuhnya aspek kontrol diri pelaku dan ketiadaan barrier relasi sosial menjadi faktor yang melandasi. Manifestasinya dalam bentuk rendahnya pengendalian diri menghadapi stimulus eksternal yakni caci maki dari korban, penolakan korban untuk melakukan hubungan seksual, hingga adanya niatan korban untuk menikah dengan pria lainnya.” terang Lucky.