Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto memaparkan penambahan kasus positif yang terus bertambah setiap harinya. Berdasarkan data per 21 Juni, jumlah kasus positif secara nasional menjadi 45.891 orang dengan penambahan sebanyak 862 orang.

Penambahan kasus positif paling banyak terjadi di DKI Jakarta. Wilayah ibu kota negara ini menyumbang 142 kasus baru. Kemudian, Sulawesi Selatan dengan 112 kasus, Jawa Tengah serta Jawa Timur yang masing-masing menemukan 99 dan 91 kasus positif.

Jumlah kasus positif itu bisa ditemukan berdasarkan hasil pemeriksaan 18.299 spesimen dengan menggunakan metode PCR maupun tes cepat monokuler.

"Kita telah melaksanakan pemeriksaan spesimen sebanyak 18.229, sehingga totalnya kita melakukan pemeriksaan sebanyak 639.385 spesimen. Dari pemeriksaan ini konfirmasi positif sebanyak 862 orang," ucap Yuri di Graha BNPB, Jakarta, Minggu, 21 Juni.

Di sisi lain, kabar baik tekait kasus sembuh dan tak ditemukan kasus positif di beberapa daerah juga masih terdengar. Dikatakan Yuri, 18 provinsi melaporkan kasus positif di bawah angka 10. Kemudian, 9 provonsi yang tak menemukan kasus positif.

Sementara, untuk kasus sembuh, ada beberapa dareah dengan jumlah kasus sembuh yang lebih banyak dari positif. Semisal, DKI Jakarta dan Jawa Timur yang menyumbang kasus sembuh lebih dari 100 orang.

"DKI Jakarta sebanyak 142 kasus positif dan dilaporkan sembuh 233 orang. Jawa Timur melaporkan 91 kasus positif dan 125 sembuh," ungkap Yuri.

Dengan penambahan jumlah kasus sembuh tersebut, secara nasional sebanyak 521 orang dinyatakan sembuh per 21 Juni dan total keseluruhan dari awal kasus pertama ditemukan mencapai 18.404 orang.

Sedangkan, untuk kasus meninggal bertamabah 36 orang dengan total 2.465 orang. Selanjutnya, dari 439 Kabupaten/ Kota yang telah terdampak di 34 provinsi, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 56.436 orang dan untuk pasien dalam pengawasan saat ini berjumlah 13.225 orang.

Tak Jaga Jarak Meski Bermasker

Terlepas dari penambahan kasus, Yuri menyebut dari pemantauan tim Gugus Tugas, masyarakat sudah mulai tak disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Sebab, di beberapa kegiatan masyarakat masih terlihat berkerumun.

Salah satu contohnya ketika dibukanya kembali kegiatan Car Free Day. Masyarakat seolah tak menjaga jarak tubuh, meski tetap menggunakan masker. Padahal, jaga jarak merupakan hal terpenting agar terhindar dari penularan.

"Meskipun sebagian besar sudah kami lihat menggunakan masker, tetapi sekali lagi physical distancing adalah sesuatu hal yang perlu," papar Yuri.

Kemudian, hal serupa juga terjadi di bandara-bandara yang sudah diperbolehkan untuk membuka rute perjalanan. Di bandar, kata Yuri, tak ada penerapan jaga jarak aman. Sehingga, masih memiliki potensi terjadi penularan.

Padahal, protokol kesehatan merupakan satu kesatuan. Sehingga, tidak bisa dipisahkan atau hanya dilakukan salah satunya untuk terhindar dari COVID-19.

"Phsyical distancing menjaga jarak, menggunakan masker, adalah hal yang harus sekali lagi dijalankan dengan disiplin. Ini menjadi prasayarat mutlak apabila kita akan melaksanakan adaptasi kebiasaan yang baru untuk kembali pada tingkat produktifitas kita," pungkas Yuri.