JAKARTA - Sentra vaksinasi COVID-19 di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, titik sentra vaksinasi terbesar di Jakarta. Dalam perjalannya, vaksinasi ini berjalan lancar tanpa kendala.
Namun tidak demikian bagi Zaelani, mahasiswa usia 26 tahun ini mengalami kejadian tak mengenakan pasca menjalani vaksinasi. Bukan karena reaksi vaksin di tubuhnya yang membuat dia memar dibagian wajah, tapi akibat bogem mentah bertubi-tubi yang membuat wajah Zaelani jadi lebam.
BACA JUGA:
Begini ceritanya. Menurut pengakuan Zaelani, dirinya menjadi korban penganiayaan yang dilakukan oknum satpam di sentra vaksinasi Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Tanah Abang. Wajah Zaelani berlumuran darah.
Peristiwa bermula ketika sertifikat vaksin dirinya tak kunjung muncul di aplikasi peduli lindungi. Kata Zaelani, dia sudah menjalani dua kali vaksinasi di sentra vaksinasi GBK. Vaksinasi kedua dilakukan pada 31 April lalu. Namun, dia heran sertifikat vaksinasi keduanya tak kunjung muncul di aplikasi Peduli Lindungi.
"Sertifikat vaksinasi pertama saya ada di aplikasi, kok yang kedua sampai hari ini enggak ada. Akhirnya saya inisiatif nelpon hotline 119 dan saya diarahkan ke tempat saya vaksin, yaitu di GBK," kata Zaelani saat dihubungi VOI.
Berdasarkan arahan petugas call center, akhirnya Zaelani mendatangi sentra vaksinasi di pos V GBK pada Jumat 30 Juli lalu. Namun sesampainya di Pos V GBK, Zaelani dilarang oleh satpam untuk masuk menemui panitia vaksinasi.
Satpam itu beralasan hanya peserta vaksinasi yang hari itu mendapat jadwal vaksin yang diperkenankan untuk masuk. Korban pun diarahkan oleh satpam itu ke Pos II, namun rupanya itu adalah vaksinasi untuk pengemudi ojek online.
Akhirnya, korban diarahkan kembali ke Pos V. Namun dia tetap dicegat oleh dua orang satpam yang menjaga akses masuk. Akhirnya terjadi perdebatan antara Zaelani dan kedua satpam. Kedua satpam melarang Zaelani masuk karena area di dalam dikhususkan untuk peserta vaksinasi yang telah terjadwal.
"Disitu kita adu argumen. Akhirnya dua satpam itu memanggil temannya 5-6 orang. Chaos disitu, akhirnya kejadian pemukulan," sesal Zaelani.
Zaelani tak ingat berapa orang satpam yang memukulinya karena situasi sudah kacau. Saat itu, dia hanya berupaya kabur. Namun, satpam-satpam itu mengejarnya hingga tertangkap. Zaelani pun langsung digiring ke pos satpam.
"Disana saya kembali mendapat intimidasi, disuruh teken surat damai," akunya.
Anggota Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pendidikan Indonesia Eka Zulkarnaen pendamping hukum korban mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada Jumat 30 Juli, lalu. Korban diintimidasi di pos untuk melakukan penandatanganan surat damai.
"Korban pun menurut permintaan tersebut karena dalam tekanan," ucap Eka.
Meski demikian, pada keesokan harinya atau pada Sabtu 31 Juli, korban tetap memutuskan untuk melaporkan kasus ini ke kepolisian. Eka mendampingi korban melaporkan kasus ini ke Polres Metro Jakarta Pusat dengan Nomor: LP/B/997/VII/2021/SPKT/Polres Metro Jakarta Pusat/Polda Metro Jaya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Wisnu Wardhana menegaskan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi terkait kejadian.
Aparat kepolisian juga telah memeriksa petugas satpam Gelora Bung Karno (GBK) yang menjadi terlapor dalam kasus dugaan pengeroyokan terhadap Zaelani (26).
"Hari ini terlapornya kami periksa," tegas Kompol Wisnu kepada VOI, Selasa 3 Agustus.
Wisnu menyatakan, pada hari ini pihaknya menjadwalkan pemeriksaan terhadap satu orang petugas satpam. Namun, tidak menutup kemungkinan petugas satpam lainnya juga nanti akan diperiksa tergantung hasil penyelidikan.
"Untuk sementara yang terlapor baru satu. Kita periksa satu dulu liat hasil pemeriksaannya seperti apa," imbuhnya.
Sebelumnya, polisi juga telah memeriksa seorang saksi yang menyaksikan insiden pengeroyokan. Lalu, polisi juga telah memeriksa Zaelani yang menjadi pelapor dalam kasus pengeroyokan ini.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Divisi Humas Pusat Pengelolaan Komplek (PPK) Gelora Bung Karno (GBK) Dwi Putranto mengakui adanya insiden pemukulan oleh oknum satpam terhadap mahasiswa peserta vaksin di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun ia membantah adanya pengeroyokan di lokasi kejadian.
Dwi mengatakan, insiden pemukulan itu terjadi karena satpam berupaya membela diri. Ia menyebut, mahasiswa bernama Zaelani (26) itu berupaya menyerang lebih dulu.
"Akhirnya dia emosi si pengunjung ini. Mau coba lakukan perlawanan ke petugas kita. Petugas kita hanya reflek dan dia terpukul," ujar Dwi saat dikonfirmasi wartawan VOI, Senin 2 Agustus, lalu.
Selain itu, Dwi membantah terjadi pengeroyokan karena menurut dia pemukulan hanya dilakukan sekali oleh satu orang satpam saja. Setelah pemukulan itu, tiga orang satpam membawa Zaelani ke posko untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.
Meski tak ada pengeroyokan, Dwi memastikan satpam yang telah melakukan pemukulan itu tetap diproses dan akan dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku.
"Tidak ada penganiayaan saat vaksinasi. Saat di posko itu satpamnya cuma nanya ini mau diterusin atau gimana. Kalau mau diterusin diantar ke pos polisi. Tapi saat itu dia lebih memilih damai," kata Dwi.