China Tolak Temuan Harvard yang Nyatakan Wabah COVID-19 Sudah Terjadi Sejak Agustus 2019
Ilustrasi foto (Tam Wai/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - China menolak sebuah studi dari Harvard Medical School terkait temuan bahwa virus corona baru mungkin sudah menyebar di China sejak Agustus 2019. Namun, para ilmuwan Harvard juga mengatakan temuan tersebut tidak memberikan bukti meyakinkan soal kapan wabah COVID-19 dimulai.

Melansir Reuters, Kamis, 11 Juni, penelitian dari Harvard tersebut belum ditinjau oleh ilmuwan lain. Penelitian tersebut menggunakan citra satelit dari area parkir rumah sakit di Wuhan dan data untuk pertanyaan terkait gejala pada mesin pencari di internet untuk hal-hal seperti 'batuk' dan 'diare'.

Para penulis penelitian mengatakan peningkatan lalu lintas di rumah sakit dan data pencarian gejala di Wuhan mendahului awal pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 mulai sejak Desember 2019.

"Meskipun kami tidak dapat mengonfirmasi apakah peningkatan volume secara langsung terkait dengan virus baru, bukti kami mendukung pekerjaan terbaru lainnya yang menunjukkan bahwa kemunculan terjadi sebelum identifikasi di pasar makanan laut di Huanan (di Wuhan)," kata laporan tersebut.

Paul Digard, seorang ahli virologi di University of Edinburgh, memuji cara penelitian tersebut. Ia mengatakan bahwa menggunakan data mesin pencari dan citra satelit dari lalu lintas rumah sakit untuk mendeteksi wabah penyakit "adalah ide yang menarik dengan validitas tertentu."

Namun, Digard mengatakan data itu hanya bersifat korelatif dan tidak dapat mengidentifikasi penyebabnya. "Ini adalah karya yang menarik, tetapi saya tidak yakin itu membawa kita lebih jauh ke depan," kata Keith Neal, seorang profesor epidemiologi penyakit menular di Universitas Nottingham, Inggris.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, mempertanyakan penelitian tersebut saat berada menggelar konferensi pers. Ia mengatakan bahwa menghasilkan kesimpulan berdasarkan pengamatan dari data pencarian dan lalu lintas rumah sakit adalah dangkal dan konyol. 

Penelitian Harvard, yang diunggah sebagai pracetak, menunjukkan peningkatan tajam dalam hunian parkir mobil rumah sakit pada Agustus 2019. "Pada Agustus, kami mengidentifikasi peningkatan unik dalam pencarian 'diare' yang tidak terjadi pada musim flu sebelumnya atau tercermin dalam data pencarian (kata) batuk," katanya.

Digard mengingatkan bahwa dengan berfokus hanya pada rumah sakit di Wuhan, yang sudah dikenal sebagai pusat penyebaran, penelitian ini 'memaksakan sebuah korelasi'. "Akan menarik dan mungkin jauh lebih meyakinkan, untuk melihat analisis kontrol kota-kota China lainnya di luar wilayah Hubei," tambah Digard.

Eric Topol, direktur Scripps Research Translational Institute, mengatakan metode penelitian ini tidak divalidasi dan “sangat tidak tepat.” Topol, yang tidak terlibat dalam penelitian itu, mengatakan dia meragukan wabah itu dimulai pada Agustus, berdasarkan bukti yang dia lihat sejauh ini.

Topol dan ilmuwan lainnya memiliki temuan lain. Ia memberikan bukti sebuah genetik yang menunjukkan virus membuat lompatan dari inang hewan ke manusia beberapa waktu lalu saat musim gugur, atau sekitar September.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi pada awal Agustus," kata Dr. Amesh Adalja, pakar penyakit menular di Johns Hopkins Center for Health Security yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Jelas ini telah menyebar selama beberapa waktu sebelum diakui dan dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia pada Desember," tutupnya. 

Sementara itu, setelah China membuka kembali kegiatannya, Komisi Nasional Kesehatan China mengatakan bahwa terdapat 3 kasus baru COVID-19 pada Rabu, 10 Juni. Kasus tersebut merupakan kasus impor, yang mana para penderita sebelumnya bepergian ke luar negeri. 

Selain itu, tidak ada laporan baru kasus kematian akibat COVID-19 di China. China secara resmi melaporkan total 4.634 kematian di antara 83.046 kasus COVID-19 sejak virus pertama kali terdeteksi di Wuhan.