JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menilai, tak akan ada perubahan luar biasa setelah pagebluk COVID-19, termasuk di fase kenormalan baru.
"Kalau saya agak punya pandangan konservatif. Kita jangan terlalu membayangkan ada perubahan yang luar biasa setelah COVID ini. Karena dalam kebencanaan itu namanya ada rehabilitasi dan rekonstruksi," kata Muhadjir dalam diskusi yang ditayangkan secara daring di YouTube, Selasa, 9 Juni.
Bagi Muhadjir, fase kenormalan baru, sama dengan fase rehabilitasi dan rekonstruksi setelah adanya bencana.
Meski begitu, Muhadjir tak menampik bakal muncul sejumlah kebiasaan baru saat fase kenormalan baru. Namun baginya, kebiasaan di fase ini, tidak akan terjadi secara dominan.
Contohnya, kegiatan telekonferensi yang kerap dilakukan belakangan ini. Kata dia, kegiatan ini bisa saja menjadi gaya baru di kehidupan mendatang setelah pagebluk COVID-19. Namun, telekonferensi tidak serta merta menggantikan pertemuan tatap muka.
"Bukan berarti rapat-rapat secara langsung sudah tidak ada. Gitu ya. Bahkan mungkin justru bisa melengkapi. Jadi telekonfrensi semacam ini bisa melengkapi dari pertemuan tatap muka resmi," ungkap dia.
BACA JUGA:
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) ini menambahkan, meski kegiatan di masa pagebluk COVID-19 ini banyak menggunakan teknologi, tapi cara konvensional tak boleh dilupakan, misalnya tracing contact penularan COVID-19.
"WHO (World Health Organization) merekomendasikan cara-cara tradisional tidak boleh ditinggalkan dan teknologi hanya sebagai pelengkap," tegasnya.
Karenanya, dia meyakini, di masa fase kenormalan baru, tidak akan perubahan drastis di masyarakat. "Pasti ada perubahan perilaku permanen yang masuk. Tetapi bukan berarti bakal ada hal radikal, revolusioner," ujar Muhadjir.