JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menegaskan, Indonesia punya target memproduksi vaksin COVID-19.
Target ini muncul karena keinginan negara ini mandiri dalam menghadapi pagebluk COVID-19 dengan tak mengandalkan vaksin impor dari negara lain.
"Terkait vaksin, Indonesia harus mandiri. Target Indonesia bisa memproduksi pada akhir tahun ini," kata Muhadjir usai melaksanakan rapat terbatas bersama Presiden Jokowi, Kamis, 4 Juni.
Untuk mencapai target itu, eks Mendikbud ini mengatakan, Presiden Jokowi menginstruksikan peneliti melakukan penelitian guna menemukan formula vaksin yang tepat dan bisa digunakan masyarakat Indonesia.
Lagipula, pemerintah yakin, jika ada negara yang menemukan vaksin tak mungkin akan segera diekspor ke luar negeri. Sebab, mereka akan menggunakan lebih dulu untuk masyarakatnya sendiri. "Ada 147 pihak di dunia yang bergerak menyusun vaksin," ungkap Muhadjir.
"Tapi mereka nanti pertama-tama akan digunakan untuk kebutuhan sendiri. Sementara kita punya 270 juta warga sehingga mau tidak mau tidak mungkin mengandalkan impor. Jadi harus siap melakukan riset vaksin untuk Indonesia sendiri," tegasnya.
BACA JUGA:
LBM Eikjman pimpin riset vaksin
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan pencarian vaksin untuk menghentikan penyebaran COVID-19 terus dilakukan.
Dia mengatakan, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eikjman menjadi pemimpin dalam riset vaksin yang dilakukan oleh Konsorsium Riset dan Inovasi tentang COVID-19. Kegiatan konsorsium ini, sambung Bambang, dibiayai oleh Kemenristek/BRIN.
"Perkembangan terakhir, mereka sudah tambah dari tiga menjadi tujuh kategori tapi ternyata yang tiga (strain) dari kita tetap masuk others jadi ternyata virus yang dari Indonesia masih dikenali dulu karakternya. Kenapa ini penting karena kalau kita buat vaksin, vaksin itu harus bisa menjawab transmisi lokal yang ada di Indonesia,” jelas Bambang.
Dia menjelaskan, saat ini, Indonesia perlu membuat terlebih dahulu vaksin khusus yang berbeda dengan vaksin negara lain. Karena, ada tiga jenis atau strain virus COVID-19 yang menyebar di dalam negeri tapi belum masuk ke dalam Global Initiative on Shating All Influenza Data (GISAID).
Dari perhitungannya, Bambang meyakini para ilmuwan dalam konsorsium tersebut akan berhasil membuat bibit vaksin di akhir tahun ini. Namun, berbeda dengan Muhadjir, dia menyebut vaksin massal baru akan diproduksi pada tahun depan.
Namun, dia sepakat jika vaksin memang harus diproduksi sendiri oleh Indonesia. Mengingat jumlah penduduk yang cukup banyak. "Untuk Indonesia kita ada 260 juta (penduduk) jadi kita buat vaksin antara separuh sampai dua per tiga penduduk yang harus divaksin. Berarti vaksin yang dibutuhkan antara 130 sampai 170 juta," jelas Bambang.
"Itu belum menghitung booster-nya. Kalau kita divaksin, itu sekali vaksin belum tentu imun kita muncul sehingga harus ada booster-nya sampai imun muncul. Tentu saja setiap orang berbeda, ada yang sekali vaksin langsung muncul. Ada yang tidak muncul-muncul,” pungkasnya.