JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menjelaskan alasan Presiden Joko Widodo mengecek langsung ketersediaan obat di apotek.
Ngabalin menyebut, tindakan yang dilakukan Jokowi adalah memastikan bahwa persediaan obat di masa pandemi tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Seorang kepala negara, beliau harus memastikan. Itu karena tidak semua orang-orang yang menengah, level ke atas, itu beli obatnya di tempat seperti yang kemarin beliau tanya," kata Ngabalin dalam diskusi virtual, Sabtu, 24 Juli.
Saat mengecek ketersediaan obat antivirus di apotek kemarin, ternyata Jokowi tak mendapatkannnya. Namun, kata Ngabalin, hal itu bukan berarti Kementerian Kesehatan tak menyediakan obat hingga vitamin yang dibutuhkan masyarakat.
Pemerintah, lanjutnya, hanya perlu berkoordinasi tiap kementerian lembaga. Ngabalin pun mengaku dirinya juga mengambil peran. Setelah Jokowi sidak ke Apotek, Ngabalin langsung menghubungi Menteri BUMN Erick Thohir.
BACA JUGA:
"Saya juga berkomunikasi terus dengan Pak Erick untuk alokasi obat yang kemaren itu. Memang, sebagai seorang Kepala Negara itu kan beliau harus tau (kondisi di lapangan). Kemudian, kembali lagi mengingatkan kepada pak Menteri Kesehatan," ungkapnya.
Kemarin, Presiden Joko Widodo mencari obat antivirus dan vitamin di apotek sekitar Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Jokowi mendatangi Apotek Villa Duta.
Jokowi menanyakan ketersediaan obat antivirus oseltamivir dan favipiravir. Namun, ternyata obat tersebut sudah habis. Jokowi hanya mendapat vitamin D3 1000UI dan multivitamin yang mengandung zinc dengan jenis Megavite.
Beranjak dari apotek, Jokowi langsung masuk ke dalam mobil dan menelepon Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Kepada Budi, Jokowi mengadu kehabisan obat di apotek.
Mendengar hal itu, Menkes Budi menjawab akan mengecek ketersediaan obat. Tak lama kemudian, Budi melaporkan ketersediaan obat di Apotek Kimia Farma Kota Bogor.