JAKARTA - Membawa kertas kecil bertuliskan daftar obat antivirus terapi pasien COVID-19 hingga multivitamin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kaget. Obat antivirus yang dicarinya di apotek Kota Bogor kosong.
Jokowi langsung mengontak Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menanyakan mengapa stok obat terapi COVID-19 sulit didapatkan?
Kita kembali ke belakang. Menkes Budi pernah memaparkan tambahan suplai stok obat terapi COVID-19.
Dalam paparan secara virtual dalam rapat kerja Komisi IX DPR, Selasa, 13 Juli malam, Menkes mengatakan pemerintah telah mengalokasikan tambahan suplai obat terapi COVID-19 secara bertahap sampai akhir Juli 2021.
Tambahan suplai obat tersebut, di antaranya Azithromycin sebanyak 11,2 juta lebih dari estimasi kebutuhan 1,5 juta lebih, Ivermectin sebanyak 6,2 juta lebih dari estimasi kebutuhan 1,7 juta lebih, Oseltamivir sebanyak 5,7 juta lebih dari estimasi kebutuhan 4,2 juta.
Kemudian Remdesivir sebanyak 1,4 juta dari kebutuhan sebanyak 1,6 juta, Favipiravir sebanyak 8 juta lebih dari kebutuhan 12 juta lebih, IV Immunogobulin sebanyak 73.660 dari kebutuhan 1,2 juta lebih, serta Tocilizumab (Actemra) sebanyak 3.800 dari total kebutuhan 60.162.
"Kita mendorong komitmen industri dalam dan luar negeri dalam pemenuhan suplai obat COVID-19. Untuk Tocilizumab dan IV Immunogobulin, kita mendorong produsen global (Actemra-Roche) untuk memprioritaskan suplai produknya ke Indonesia dan alternatif tambahan suplai dari produsen lain seperti China, melalui jalur Special Access Scheme (SAS) serta donasi," katanya.
Untuk kebutuhan Remdesivir, kata Menkes, sedang didorong penambahan kuota produk impor dari India, Bangladesh, Mesir, dan China. Sedangkan Favipiravir dilakukan percepatan dan penambahan produksi dalam negeri.
Apa kenyataan di lapangan?
Jokowi dalam video yang diunggah kanal Youtube Sekretariat Presiden memang mengecek satu apotek di Kota Bogor, Duta Villa namanya.
Tapi apa yang dicari Jokowi tak ada. Bila melihat komentar di kanal Youtube Sekretariat Presiden, banyak yang mengeluhkan kesulitan mendapatkan obat-obat terapi COVID-19.
Jokowi membawa secarik kertas kecil. Kertas ini dibacanya saat menanyakan satu per satu obat antivirus yang dicarinya.
“Saya mau cari obat antivirus yang oseltamivir,” kata Jokowi dalam video yang diunggah di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat, 23 Juli.
“Sudah kosong pak,” kata pegawai.
“Nggak ada?” sahut Jokowi lalu ditegaskan lagi oleh pegawai apotek obat yang dicari presiden tidak tersedia.
“Terus saya cari ke mana kalau mau cari?” kata Jokowi.
“Nah itu kita juga sudah tidak dapat barang,” jawab pegawai apotek.
“Sudah berapa hari nggak ada oseltamivirnya?” tanya Jokowi.
“Oseltamivir itu kalau yang generik sudah lama pak. Kemarin itu masih ada merk drufir. Itu patennya tapi sekarang juga sudah kosong,” jawab pegawai apotek.
Pun saat Jokowi menanyakan stol Favipiravir, apotek Villa Duta kehabisan stok.
“Kalau vitamin d3 ada?” kata Jokowi.
BACA JUGA:
Telepon Menkes
Beranjak dari apotek, Jokowi langsung masuk ke dalam mobil dan menelepon Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Kepada Budi, Jokowi mengadu kehabisan obat di apotek.
"Pak Menteri, saya cek ke apotek di Bogor, saya cari obat antivirus oseltamivir enggak ada. Saya cari lagi, obat antivirus yang favipiravir juga enggak ada, kosong. Saya cari obat antibiotik acetromicin juga enggak ada. Stok enggak ada sudah seminggu lebih," tutur Jokowi kepada Budi lewat sambungan telepon.
Mendengar hal itu, Menkes Budi menjawab akan mengecek ketersediaan obat. Tak lama kemudian, Budi melaporkan ketersediaan obat di Apotek Kimia Farma Kota Bogor.
"Saya ada catatan, kita sudah ada yang online. Saya barusan cek. Misalnya untuk favipiravir di Apotek Kimia Farma Tajur Baru ada 4.900, Apotek Kimia Farma Juanda 30 ada 4.300, Kimia Farma di Semplak Bogor ada 4.200," jelas Budi.
"Itu ada data online yang ada di rumah sakit, itu bisa dilihat by kota untuk Apotek Kimia Farma, Century, Guardian, K24," imbuhnya.
Jokowi mengaku akan langsung mengecek ke apotek yang disinggung Budi. "Oke saya ke sana aja, saya beli di situ," ucap Jokowi sebelum menutup telepon.
Jokowi memang tak mau percaya begitu saja alias menelan mentah-mentah perkembangan dari kebijakan yang diputuskan. Jokowi berkali-kali cek ke lapangan agar apa yang sudah diprogramkan benar-benar berjalan.
"(Karena itu, red) kenapa saya cek ke lapangan setiap pekerjaan-pekerjaan secara detail. Secara detail kadang-kadang masih meleset, apalagi tidak," kata Jokowi dalam Podcast Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2021 bersama Mendikbudristek Nadiem Makarim awal Mei 2021.