JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Andriadi Achmad, menilai tidak ada yang salah dengan aksi blusukan Presiden Joko Widodo membagikan paket sembako dan obat-obatan secara langsung ke beberapa warga di Sunter Agung, Jakarta Utara.
"Setahu saya sejak menjabat wali kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, sampai menjabat presiden, kerapkali Jokowi membagi paket sembako ke masyarakat secara langsung," ujar Andriadi kepada VOI, Jumat, 16 Juli.
Menurutnya, blusukan Jokowi pada Kamis, 15 Juli, malam itu harus diambil sisi positifnya. Seorang pemimpin memang harus memberikan contoh yang baik, terdepan dalam mengambil risiko dan mampu mengatur para bawahannya agar bisa bekerja on the track sesuai dengan visi - misi kepemimpinannya.
Karena itu, kata Andriadi, wajar saja di tengah pandemi yang belakangan semakin meningkat bahkan tertinggi di dunia ini, seorang pimpinan negara menunjukkan pengorbanannya untuk senantiasa bergerak dan berpikir bagaimana bisa mengendalikan COVID-19.
"Bukan malah mengisolasi diri dan tidak terjun ke lapangan dalam mengendalikan bencana COVID-19, apalagi sembunyi di balik selimut, menurut saya sungguh naif jika ada pejabat negara yang berlaku demikian," tutur Direktur Eksekutif Nusantara Institute PolCom SRC itu.
Andriadi menegaskan, dalam situasi sulit seperti sekarang ini peran seorang pemimpin dibutuhkan dan diharapkan hadir di tengah-tengah masyarakat. Baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kehadiran Jokowi di Sunter, kata dia, setidaknya menjadi contoh bahkan teguran kepada para pejabat negara baik menteri, DPR/DPD, kepala daerah (Gubernur/Wali Kota/Bupati) untuk turun langsung bersama jajarannya membantu mengendalikan mobilitas masyarakat dalam rangka menghadapi gelombang COVID-19.
"Jangan sampai ada yang berdiam diri dan menyelamatkan diri sendiri," tegasnya.
BACA JUGA:
Sementara itu, Menko Polhukam Mahfud MD memanfaatkan momentum PPKM Darurat untuk di rumah saja. Karena kebijakan tersebut, dia mengaku punya kesempatan untuk menonton sinetron Ikatan Cinta yang tengah digandrungi ibu-ibu.
Menyoal itu, Andriadi mengatakan, meski cuitan Mahfud yang bercerita tentang pengalamannya saat PPKM Darurat, namun hal itu sangat tidak elok dalam situasi saat ini.
Sebab, Presiden saja sampai harus turun langsung menangani pandemi, ia malah asyik menyaksikan dan menceritakan roman picisan.
"Walaupun tidak serius sekedar hiburan, saya pikir tidak pantas seorang pejabat negara sekelas Menko Polhukam Mahfud MD bercerita tentang sinetron roman picisan dikondisi saat ini," ungkapnya.
"Semestinya ikut turun dan terjun ke lapangan atau setidaknya ikut berpikir mencari solusi terhadap melonjak nya COVID-19 di negara kita," kata Andriadi.