Polda Bengkulu Selidiki Kelangkaan Obat dan Vitamin
FOTO ANTARA

Bagikan:

BENGKULU - Kapolda Bengkulu Irjen Guntur Setyanto memberikan perhatian serius terhadap fenomena kelangkaan obat dan vitamin yang terjadi di Bengkulu. Kondisi ini dianggap bisa memperlambat penanganan pandemik COVID-19.

Kabid Humas Polda Bengkulu Kombes Sudarno mengatakan Kapolda telah memerintahkan seluruh jajaran-nya untuk mengintensifkan pengawasan terhadap peredaran dan penjualan obat dan vitamin di apotek.

"Bapak Kapolda sudah melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah tempat dan menemukan banyak stok obat-obatan serta vitamin yang kosong. Beliau memberikan perhatian khusus soal hal ini," tutur Sudarno dikutip Antara, Kamis, 15 Juli.

Sudarno menyebut kepolisian akan menyelidiki penyebab terjadinya kelangkaan tersebut apakah memang karena keterbatasan persediaan atau karena ada pihak-pihak yang sengaja menimbun obat-obatan dan vitamin untuk menaikkan harga.

Sudarno mengingatkan kepada penyedia atau distributor obat-obatan resmi agar tidak mengambil kesempatan dengan mengambil keuntungan sebesar-besarnya di tengah situasi pandemik yang menyebabkan tingginya permintaan dan kebutuhan obat-obatan serta vitamin.

Polda Bengkulu juga meminta peran serta masyarakat yang mengetahui adanya indikasi penimbunan atau penaikan harga penjualan obat-obatan dan vitamin agar melaporkannya ke kantor kepolisian terdekat atau dengan cara mengirimkan pesan langsung ke akun media sosial resmi Polda Bengkulu.

"Pihak kepolisian akan melakukan tindakan tegas kepada distributor oknum penjual nakal dan masyarakat apabila melakukan penimbunan dan menaikan harga yang tidak wajar," kata Sudarno menegaskan.

Sebelumnya, Kapolda Bengkulu Irjen Guntur Setyanto bersama Wakil Gubernur Bengkulu Rosjonsyah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah fasilitas kesehatan dan apotek yang berada di Kota Bengkulu guna memastikan ketersediaan obat bagi masyarakat Bengkulu.

Dalam sidak itu ditemukan kekosongan sejumlah obat-obatan dan vitamin khususnya antibiotik, anti-virus dan keterbatasan jumlah oksigen untuk penanganan pasien konfirmasi positif COVID-19.