Merasa Saksi Hidup, Rizieq Shihab Minta 'Buku Putih' Tewasnya 6 Laskar FPI Sertakan Keterangannya
Rizieq Shihab (Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Rizieq Shihab melalui kuasa hukumnya, Aziz Yanuar, menyampaikan pesan atas penerbitaan buku putih yang menceritakan kasus pembunuhan 6 laskar Front Pembela Islam (FPI).

Dalam pesannya, dia meminta jika nantinya buku itu diterbitkan kembali atau jilid 2 lebih baik disertakan kesaksian darinya dan keluarganya.

"Nanti ketika ada buku putih selanjutnya, pesan dari Habib Rizeq adalah coba ada diskusi lebih lanjut kepada Habib Rizieq dan kelurganya karena beliau-beliau inilah, mereka inilah saksi hidup yang waktu itu terjadi yang memang menjadi objek, kita menduga sebagai objek dari upaya pembunuhan ini," ucap Aziz dalam diskusi daring yang bertajuk 'Bedah Buku: Pembunuhan Enam Pengawal HRS (KM50)' pada Rabu, 14 Juli.

Sehingga, kata Aziz, dengan adanya kesaksian dari Rizieq dan keluarganya dapat membuat kasus itu semakin terang benderang dari awal pembututan hingga akhirnya 6 laskar dikabarkan tewas.

"Jadi menurut saya ini patut menjadi catatan, komunikasi intensif kepada Habib Rizieq dan juga keluarganya yang memang saat itu ada di sana di lokasinya," kata dia.

"Itu saya mendapat pesan dari beliau untuk segara dapat digali lebih lanjut karena beliau saksi hidupnya yang melihat yang menyaksikan yang mengalami peristiwa-peristiwa itu," sambung dia.

Sebagai informasi, enam anggota Laskar Khusus pengawal Rizieq Shihab tewas ditembak polisi. Mereka diberikan tindak tegas karena menyerang anggota polisi.

Tindakan tegas polisi ini berawal dari penyelidikan polisi terkait jadwal pemeriksaan terhadap Rizieq Shihab. Sebab, polisi mendapat informasi jika bakal ada pengerahan massa.

Tapi dalam proses penyelidikan dengan cara membuntuti pergerakan Rizieq, anggota Polda Metro Jaya justru mendapat serangan.

Berdasarkan penuturan polisi, penyerangan itu terjadi ruas tol Jakarta-Cikampek KM 50. Penyerangan diawali dengan mobil laskar khusus memepet mobil polisi.

Kemudian, sekitar 10 orang laskar khusus itu menyerang mobil anggota dengan menggunakan senjata api (senpi) dan senjata tajam (sajam). Hingga akhirnya polisi membalas tembakan itu. Akibatnya, enam orang meninggal dunia di lokasi. Sementara, empat laskar lainnya melarikan diri.