Akun Instagram BEM Unnes Diretas dan Hilang Usai Juluki Ma'ruf Amin King of Silent
ILUSTRASI/PIXABAY

Bagikan:

JAKARTA - Unggahan BEM KM Unnes di Instagram yang menyebut Wakil Presiden Ma'ruf Amin The King of Silent dan Ketua DPR Puan Maharani The Queen of Ghosting menghilang.

Hilangnya unggahan di akun Instagram BEM KM Unnes ini terjadi sekitar pukul 16.00 WIB, Rabu, 7 Juli.

"Akun Instagram official BEM KM Unnes dinonaktifkan dan seluruh unggahan di akun Instagram tersebut menghilang," kata Presiden Mahasiswa BEM KM Unnes, Wahyu Suryono Pratama dalam keterangan tertulisnya.

Sebelum unggahan ini menghilang, Wahyu juga mengaku sempat dihubungi Wakil Dekan 3 Fakultas Teknik Unnes Wirawan Sambodo sekitar pukul 10.01 WIB. Pengakuannya, pimpinan Unnes tersebut menganggap BEM KM Unnes ditunggangi kepentingan politik oposisi dan mengancam jangan sampai unggahannya menyinggung massa PDI Perjuangan.

"Mohon siang ini ketemu saya....jangan sampai berhadapan masa PDI....mohon ditarik dulu," ungkap Wahyu menirukan pesan Wirawan yang diterimanya.

Selanjutnya, Pembina BEM Unnes Rusyanto S.T juga memberikan pesan yang serupa. "Mas Wahyu, sebaiknya dalam berekspresi tidak usah ikut2 kampus lain njih, hati2 mas Wahyu, jejak digital tidak akan hilang, mohon dipikirkan njih dgn tim, tks," tulis Rusyanto dalam pesan yang dikirimkan pada pukul 10.29 WIB.

Berikutnya, sekitar pukul 10.39 WIB Rektor Unnes Fathur Rokhman juga menghubungi Wahyu. Fathur meminta unggahan tersebut dihapus. 

"Unggahan ini bermuansa penghinaan dan pelecehan agama. Sebagai Rektor saya minta Ketua BEM UNNES untuk menurunkannya. Mohon unggahan yang edukatif," pinta Fathur dalam pesannya.

Wahyu kemudian menyebut respons petinggi Unnes terhadap kritikan yang dilontarkan berlebihan dan diluar akal sehat. Sebab, kritikan yang disampaikannya itu sudah berbasis data dan dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

"BEM KM Unnes menegaskan bahwa apa yang BEM lakukan adalah bagian dari kebebasan berekspresi dan kebebasan akademik yang dilindungi oleh konstitusi dan Undang-Undang. Bahkan, kritikan itu bersifat sangat wajar dalam tradisi negara demokrasi," tegas Wahyu.

"Kami sangat prihatin dengan kondisi ini. Kejadian ini wujud nyata dari melemahnya demokrasi di Indonesia termasuk demokrasi digital. Kejadian ini seolah sudah menjadi tradisi ketika orang atau lembaga melakukan kritik berbalas dengan serangan balik secara digital," pungkasnya.

Tanggapan Wapres

Wakil Presiden Ma'ruf Amin hanya tertawa ketika mendengar julukan The King of Silent yang diberikan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM KM Unnes). 

"(Reaksi Wapres Ma'ruf Amin, red) biasa-biasa saja. Ketawa-ketawa saja Pak Wapres," kata Juru Bicara Wapres, Masduki Baidlowi kepada wartawan dalam konferensi pers secara daring, Rabu, 7 Juli. 

Masduki mengatakan, Wapres juga tak mempermasalahkan julukan yang diberikan kepada dirinya oleh para mahasiswa. Apalagi, Masduki menyebut, Ma'ruf Amin bukan tipikal orang yang mudah marah.

"Enggak, enggak. Wapres itu bukan pemarah. Saya kira itu penting dicatat, wapres kita bukan yang kalau dikritik marah. Enggak. Malah dia biasa-biasa saja," ungkapnya.

Jubir Wapres juga menyebut tudingan yang disampaikan oleh mahasiswa maupun berbagai pihak yang mengatakan Ma'ruf Amin tak bekerja tidaklah benar. Dia menegaskan selama ini mantan Rais Aam PBNU itu telah menjalankan tugasnya dengan baik.

Apalagi, presiden dan wakilnya bukan eksekutorial kebijakan melainkan hanya melakukan koordinasi terhadap kementerian/lembaga. Hal ini, disebut Masduki, telah dijalankan dengan baik oleh Ma'ruf sebagai wakil presiden.

"Sepanjang terhadap pokok tugas dan fungsi, wapres di mata saya dan tim lain yang mendampingi itu sudah bekerja cukup baik," tegasnya.

Kalau pun hasil pekerjaannya banyak tak terdengar di masyarakat, kata Masduki, hal ini terjadi karena Ma'ruf tetap ingin bergaya low profile. "Kalau presiden dan menterinya sudah ngomong, sudah cukuplah. Itu misalnya seperti itu," ujarnya.