Bagikan:

JAKARTA - Media Survei Nasional (Median) merilis survei tingkat kepercayaan publik terkait penanganan COVID-19, khususnya terhadap program vaksinasi.  

Berdasarkan temuan terhadap persepsi netizen, ternyata masyarakat yang ingin divaksin kurang lebih hanya sekitar 57,7 persen. Dan yang menjawab tidak tahu 19,7 persen, sementara menolak atau tidak ingin sebesar 22,6 persen. 

"Kalau kita lihat yang menyatakan tidak ingin divaksin itu justru yang paling besar ada di usia 60 tahun ke atas prosentasenya paling besar yakni 37,5 persen. Ini tentunya perlu perhatian kita semua untuk menjaga orang tua kita, kakek, nenek kita, mereka-mereka yang berusia lanjut," ujar Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, dalam paparannya pada sebuah diskusi webinar, Rabu, 7 Juli.

Alasan publik ingin divaksin karena mendapatkan paparan informasi yang tepat. Misalnya, 12,2 persen menyatakan ingin divaksin agar tidak terpapar covid, kemudian untuk mendapatkan kekebalan antibody 9,6 persen, untuk menjaga imunitas tubuh 8,5 persen.

Sementara, orang yang tidak ingin divaksin dikarenakan adanya informasi yang salah, maupun kurangnya informasi. 

Jadi, kata Rico, ada publik yang mengatakan mereka tidak perlu divaksin karena yakin tidak akan terpapar virus Corona 5,8 persen, takut ada efek samping 2,7 persen, divaksin tidak menjamin bebas COVID 1,7 persen.

"Kemudian ada yang menyatakan karena sakit setelah divaksin 1,2 persen. Masih meragukan 0,5 persen. Ada lagi yang menyatakan ada kasus meninggal 0,6 persen, dst. Jadi informasi negatif tentang vaksin terutama dari sisi kesehatan masih sangat kuat dibenak netizen," jelas Rico.

 

Adapun survei ini dilakukan dengan rancangan Non Probability Sampling. Adapun kuisioner berbasis google form yang disebarkan melalui media sosial Facebook dengan target pengguna aktif Facebook berusia 17-60 tahun.

Pertanyaan disebar secara proporsional terhadap populasi dan tersebar di akun Facebook di 34 Provinsi. Hasilnya terkumpul sebanyak 1.089 responden yang tersebar di 32 Provinsi.