Survei Membuktikan, Alasan Utama Masyarakat Belum Divaksin karena Takut Ada Efek Samping
ILUSTRASI/ FOTO ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Lembaga survei Indikator memaparkan hasil jajak pendapat mengenai respons masyarakat dalam program vaksinasi COVID-19 pemerintah. Hasilnya, banyak responden yang mengaku belum divaksinasi.

Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, sebanyak 67,5 persen responden mengaku belum mendapat vaksin corona. Kemudian, hanya 21,4 persen responden mengaku sudah divaksinasi satu dosis dan 11,1 persen responden mengaku baru divaksinasi dua dosis.

Responden yang belum divaksin kemudian ditanya mengenai keinginan untuk divaksinasi. Ternyata, lebih banyak responden yang belum bersedia untuk disuntik vaksin COVID-19.

"Dari yang belum vaksin, mayoritas 56,9 persen mengaku kurang atau sangat tidak bersedia melakukan vaksinasi. Sementara, 42,5 mengaku sangat bersedia atau cukup bersedia," kata Burhanuddin dalam pemaparan survei virtual, Rabu, 25 Agustus.

Selanjutnya, responden yang tak bersedia kembali ditanya mengenai alasan belum mau divaksinasi. Alasan terbesar, sebanyak 51,9 persen mengaku karena takut terhadap efek samping yang akan ditimbulkan.

"Masyarakat yang tidak bersedia tadi, sebagian besar takut dengan efek samping. Jadi, mereka merasa ada efek samping yang tidak aman. Mereka merasa tidak perlu divaksin," ucap Burhanuddin.

Kemudian, sebanyak 16,8 persen warga tak mau divaksin karena tidak efektif, 12,6 persen merasa badannya sehat dan tak butuh divaksin, 3,9 persen menganggap vaksin tidak halal, dan alasan lainnya.

Sebagai informasi, survei ini dilakukan dalam rentang tanggal 30 Juli sampai 4 Agustus 2021. Sampel dipilih sepenuhnya secara acak dengan menggunakan metode multistage random sampling.

Responden yang mengikuti survei sebanyak 1.220 WNI yang punya hak pilih dan berusia lebih dari 17 tahun atau sudah menikah. Margin of error survei ini sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.