JAKARTA - Direktur Eksekutif Median Rico Marbun merilis persepsi netizen terhadap penanganan COVID-19. Hasilnya mengejutkan sebab 50 persen menyatakan situasi COVID-19 saat ini lebih parah dibandingkan tahun lalu.
Survei dihimpun pada akhir Juni sebelum Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. "Data ini di ambil pada akhir Juni, mungkin kalau diambil di awal Juli angka ini akan bertambah besar. Jadi 49,7 persen netizen mengatakan bahwa situasi COVID makin parah sekarang ini dibandingkan dengan setahun yang lalu," ujar Rico dalam paparannya melalui webinar, Rabu, 7 Juli.
Jika dikomparasi antara kinerja pemerintah pusat dan pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota, secara berurutan tingkat kepuasan yang tertinggi ada pada pemerintahan provinsi 37,8 persen diikuti oleh pemerintahan kabupaten/kota 36,5 persen dan tingkat kepuasan terhadap pemerintah pusat itu 35,3 persen.
"Kita lihat angkanya, selisihnya cuma 1 sampai 2 persen, sehingga sebenarnya tidak ada disparitas terlalu besar antara tingkat kepuasan pemerintah pusat provinsi maupun kabupaten/kota. Tetapi kalau kita melihat rentan angkanya masih dibawah 50 persen bahkan hanya 30 persen. Artinya eksekutif kita saat ini maupun di tingkat pusat maupun provinsi itu perlu memperbaiki kinerjanya," jelas Rico.
Pada temuan selanjutnya, berdasarkan usia mulai dari 17 tahun sampai 20 tahun itu yang menyatakan puas dengan penanganan COVID-19 sebesar 30,9 persen, tidak puas 35 persen dan biasa-biasa saja 34,1 persen.
BACA JUGA:
"Jadi ketidakpuasannya itu relatif merata di semua strata usia. Dan dari sisi pendidikan netizen yang berpendidikan tidak tamat SD sampai tamat SD itu ketidakpuasannya relatif tinggi," katanya.
Kemudian, tingkat kedisiplinan penerapan protokol kesehatan. Netizen menyatakan yang selalu memakai masker ada 73,9 persen. Uniknya, usia lebih tua justru lebih taat Prokes ketimbang usia lebih muda.
"Kalau dari sisi usia terlihat kedisiplinan yang memakai masker itu yang paling tinggi justru ada di usia relatif tua. Kita lihat di usia 60 tahun itu selalu memakai masker 81,3 persen, kemudian usia 51 sampai 60 tahun itu 70 persen termasuk yang paling rendah kedisiplinannya di dalam pemakaian masker itu justru netizen generasi Z 17 sampai 20 tahun itu yang selalu memakai masker angkanya 67,5 persen," ungkap Rico.
Selain itu soal disiplin netizen di dalam selalu mencuci tangan saat keluar rumah atau kembali dari luar rumah. Dari data, mereka yang menyatakan selalu mencuci tangan pasca mereka keluar dari rumah itu kurang lebih ada 61 persen. Yang menyatakan sering mencuci tangan 23,3 persen kadang-kadang 14,2 persen tidak pernah 12,1 persen.
"Jadi tingkat kedisiplinannya berkurang kalau yang memakai masker itu 70-an tapi yang cuci tangan itu lebih rendah lagi 61 persen, padahal kalau protap ini harusnya selalu bersamaan dengan perilaku 3 M," kata Rico.
Dari temuan yang ada, Rico berkesimpulan bahwa semakin muda tingkat kedisiplinannya semakin berkurang. Terlebih, dalam disiplin menjaga jarak.
"Jadi kalau tadi memakai masker hanya sekitar 70 persen, kemudian cuci tangan 60 persen, menjaga jarak ini rendah lagi netizen yang mengatakan bahwa menjaga jarak lebih dari 1 meter dengan orang lain dan beraktivitas di luar rumah hanya 53,1 persen. Jadi drop-nya jauh sekali dari angka 70 ke 53 persen," paparnya.
"Jadi kita bisa melihat trennya itu memang usia muda ini lebih tidak disiplin ketimbang mereka mereka yang usianya lebih tua," ucapnya.
Sementara, netizen yang mengaku takut terhadap COVID hanya ada 51,8 persen. Rinciannya, yang menyatakan sangat takut hanya 17,9 persen, takut saja 33,9 persen.
"Jadi totalnya 51, 8 persen. Angka ini menurut saya agak membahayakan, artinya orang yang mengatakan bahwa COVID biasa-bisa saja itu pada akhir Juni lalu angkanya kurang lebih 39,6 persen kemudian yang menyatakan tidak takut itu 5,6 persen dan sangat tidak takut itu 3 persen. Angkanya berimbang antara menyatakan takut dan kurang lebih biasa saja. Jadi ini perlu sosialisasi kepada masyarakat kita agar tetap waspada terhadap COVID," tandas Rico.