PEKANBARU - Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan COVID- 19 Provinsi Riau dr Indra Yovi mengatakan realisasi vaksinasi di masyarakat setempat untuk golongan umum dan lansia masih rendah. Penyebabnya adanya miskomunikasi dan hoaks soal vaksin.
"Jadi masih banyak orang tua dan saudara-saudara kita yang takut akibat hoaks yang sering muncul," kata Indra Yovi di Pekanbaru dikutip Antara, Selasa, 13 Juli.
Indra Yovi mengatakan, kini banyak informasi hoaks terkait vaksin yang tersebar melalui media sosial.
"Konten hoaks vaksin ada 1.810 hoaks, di antaranya di Facebook ada 1.467 hoaks, kemudian di Instagram 11 hoaks, Twitter 96 hoaks, Youtube 41 hoaks, dan TikTok 15 hoaks," sebutnya.
Dikatakan Indra, sejauh ini realisasi vaksinasi COVID-19 Provinsi Riau, baik tahap pertama dan kedua untuk masyarakat umum, termasuk lanjut usia progresnya tergolong rendah.
"Kalau untuk tenaga kesehatan dan pelayan publik cukup tinggi," katanya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Riau, untuk capaian vaksinasi COVID-19 bagi nakes dengan sasaran 32.923 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 35.225 (107 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 32.257 (98 persen).
Sedangkan capaian vaksinasi COVID-19 bagi lansia dengan sasaran 582.505 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 52.371 (8,99 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 32.135 (5,52 persen).
Kemudian capaian vaksinasi COVID-19 bagi pelayan publik dengan sasaran 349.418 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 444.919 (127,33 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 257.995 (73,84 persen).
Terakhir capaian vaksinasi bagi masyarakat umum dengan sasaran 3.452.440 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 252.642 (7,32 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 115.259 (3,34 persen).
"Jika dilihat secara keseluruhan target vaksinasi untuk empat kelompok itu, maka sasaran vaksinasinya sebanyak 4.417.286 jiwa. Sedangkan realisasi vaksin sampai tahap kedua baru 437.646 orang atau baru 10 persen," katanya.
BACA JUGA:
Indra menyebut, banyak masyarakat tidak mau divaksin karena memiliki komorbid (penyakit penyerta), kemudian diperparah lagi adanya informasi hoaks.
Dia juga mengajak para tokoh dan pelayan masyarakat untuk menyosialisasikan program vaksinasi ini, guna memutus mata rantai penularan virus yang mematikan tersebut. Selain tetap menyuarakan disiplin pada protokol kesehatan (prokes) 5 M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mencegah mobilitas interaksi.
"Jangan takut kalau punya komorbid. Apakah kita punya komorbid serta merta tidak boleh divaksin, tidak begitu. Yang menentukan komorbid boleh tidak boleh divaksin itu tenaga kesehatan, nanti ada pemeriksaannya, misal, dia punya diabetes tidak mau divaksin. Banyak juga pasien diabetes yang belum divaksin juga meninggal," kata Indra.