COVID-19 Itu Ganas Tapi Aneh Kenapa Banyak Pasien Meninggal di Rumah Sakit? Mari Cek!
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Menipisnya susu beruang di sejumlah toko swalayan merupakan sekian cerita lucu di tengah PPKM darutat yang berlaku di Pulau Jawa-Bali. Tanpa bekal literasi yang cukup, produk ini ramai diborong karena dipercaya ampuh melawan virus COVID-19.

Tentu kita wajib bertanya, kalau obat penyembuh begitu mudah diperoleh, lantas kenapa COVID jadi pandemi? Sangat mudah bukan untuk menyembuhkan virus berbahaya ini.

Kenyataanya justru berbeda. Semua negara, tidak hanya Indonesia, berjibaku melawan penularan virus berbahaya ini sambil melakukan riset ketat mencegah dan mengobati. 

Selain susu beruang, di media sosial beberapa waktu belakangan ini juga dihebohkan dengan berbagai macam analisa, sudut pandang soal COVID. Masih ada yang percaya, pasien sengaja dicovidkan hingga konspirasi elite gllobal yang membuat COVID-19 yang sebenarnya tidak ada menjadi ada. 

Paling baru sebagaimana yang ditulis akun Facebook @sultan arka tentang keanehan pasein COVID di rumah sakit paling banyak meninggal. Narasinya begini, "Virus corona sangat ganas dan menakutkan, banyak membunuh manusia sampai sekarang tapi anehnya yang mati semua di rumah sakit," cuit sultan arka dikutip dari laman turnbackhoaks, Senin, 5 Juli. 

Benar demikian? 

Koordinator Analis Twitter LaporCovid-19 Yerikho Setya Adi, mengatakan, berdasarkan data diketahui sedikitnya 265 pasien COVID meninggal dunia saat melakukan isolasi mandiri di rumah.

Data itu dihimpun berdasarkan hasil penelusuran tim LaporCovid19 di sosial media seperti twitter, berita online dan laporan langsung warga ke LaporCovid-19.

"Sebanyak 265 Korban jiwa tersebut tersebar di 47 Kota dan Kabupaten dari 10 Provinsi yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Lampung, Kepulauan Riau, Riau dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Sementara itu, provinsi yang terekam cukup banyak mengalami kematian di luar RS adalah Jawa Barat sejumlah 97 kematian dari 11 kota/kabupaten," kata Yerikho.

Media daring yang memberitakan kematian pasien isolasi mandiri juga tersebar begitu banyak. Misalnya saja, sambung Yerikho, kakak beradik di Tasikmalaya yang meninggal saat isoman dirumahnya.

"Selain itu, pada pemberitaan 30 Juni, Posko Dekontaminasi COVID-19 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman mencatat, sudah 41 pasien COVID-19 yang isoman di rumah meninggal dunia pada Juni 2021 ini. Mereka tidak mendapatkan penanganan COVID-19 yang memadai, terutama bantuan pernapasan oksigen," demikian turnbackhoaks.