COVID-19 Ganggu Evakuasi Topan Amphan di Bangladesh dan India
Ilustrasi foto (Rob Pumphrey/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Badai paling ganas di Teluk Benggala pada abad ini, Topan Amphan, diperkirakan dapat melumpuhkan jutaan orang di India timur dan Bangladesh. Dilansir The Guardian, Rabu, 20 Mei, pihak berwenang bergegas melakukan evakuasi massal jauh dari jalur Topan Amphan, yang merupakan "topan super" kedua yang terbentuk di timur laut Samudra Hindia.

Namun, upaya evakuasi itu sedikit terhambat dengan tindakan pencegahan yang ketat agar terlindungi dari penularan COVID-19. Jumlah kasus COVID-19 di kedua negara tersebut diketahui masih terus meningkat. Ribuan pekerja di jalan-jalan juga mencoba pulang dari kota-kota besar setelah lockdown nasional menghancurkan mata pencaharian mereka.

Pemantauan dari luar angkasa memperlihatkan bahwa kecepatan angin hingga 240 km/jam (150 mph), setara dengan badai kategori empat. Diperkirakan sedikit berkurang sebelum melintasi Pantai Benggala Barat, tetapi masih cukup kuat untuk menyebabkan kerusakan skala besar dan luas.

Badan Pemantauan Cuaca India juga memperkirakan akan ada gelombang badai setinggi 10 kaki hingga 16 kaki (setinggi tiga meter). Gelombang tersebut dapat membanjiri tempat tinggal yang berlumpur di sepanjang pantai, mencabut menara komunikasi, serta merendam jalan raya dan rel kereta.

Pantai dataran rendah Bangladesh, di mana merupakan tempat tinggal 30 juta orang, dan timur India secara teratur dihantam oleh angin topan yang telah merenggut nyawa ratusan ribu orang dalam beberapa dekade terakhir. Pada 1999, negara bagian timur Odisha dilanda topan berkekuatan tinggi yang menewaskan hampir sepuluh ribu orang.

Delapan tahun sebelumnya, angin topan, tornado, dan banjir menewaskan 139 ribu orang di Bangladesh. Pihak berwenang Bangladesh khawatir Topan Amphan akan menjadi badai paling kuat sejak Topan Sidr menghancurkan negara itu pada 2007, yang menewaskan sekitar 3.500 orang dan menyebabkan kerugian miliaran dolar AS.

Meski demikian, Bangladesh telah bekerja untuk mengevakuasi 2,2 juta orang ke tempat yang lebih aman. Sementara otoritas Benggala Barat mengevakuasi 300 ribu orang lainnya.

Kelompok bantuan Catholic Relief Services (CRS) mengatakan orang-orang menghadapi pilihan yang sulit, antara menantang topan dengan tetap tinggal di rumah atau pindah ke tempat penampungan yang posisinya lebih aman namun berisiko terinfeksi virus corona.

Pihak berwenang di kedua negara mengatakan mereka menggunakan ruang perlindungan ekstra untuk mengurangi kepadatan. Mereka juga mengeluarkan aturan wajib menggunakan masker serta menyediakan sabun dan hand sanitizer.

"Kami juga membuat ruang isolasi terpisah di tempat penampungan untuk setiap pasien yang terinfeksi," kata Menteri Pengaturan Bencana Bangladesh Enamur Rahman.

Organisasi dunia PBB mengatakan barang-barang darurat seperti makanan, terpal dan tablet pemurnian air telah disiapkan. Sementara pihak berwenang mengatakan para pengungsi akan dipindahkan ke bangunan yang lebih kuat.

“Hujan lebat, banjir, perusakan rumah dan tanah pertanian, akan meningkatkan kemungkinan penyebaran virus, khususnya di daerah padat penduduk seperti kamp-kamp pengungsi di Cox's Bazar,” kata ActionAid.

"Ini juga akan meningkatkan jumlah nyawa dan mata pencaharian yang telah hilang akibat pandemi ini," tukasnya.