Bagikan:

JAKARTA - Hujan monsun dan air sungai di hulu dari India telah menyebabkan banjir besar di timur laut Bangladesh dan membuat lebih dari 2 juta orang terdampak dengan situasinya bisa memburuk.

Badan anak-anak PBB, UNICEF, mengatakan warga yang terjebak di wilayah tersebut, termasuk lebih dari 772.000 anak-anak, sangat membutuhkan bantuan.

“Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan, menghadapi peningkatan risiko tenggelam, kekurangan gizi, penyakit mematikan yang ditularkan melalui air, trauma pengungsian, dan potensi pelecehan di tempat penampungan yang padat penduduk,” kata Sheldon Yett, Perwakilan UNICEF untuk Bangladesh dilansir dari Reuters, Sabtu, 22 Juni

Departemen Meteorologi Bangladesh memperkirakan akan terjadi hujan lebat lagi dalam beberapa hari ke depan yang dapat memperparah banjir dan menyebabkan tanah longsor di daerah perbukitan.

Setidaknya 10 orang, termasuk delapan Muslim Rohingya, tewas pada Rabu, 19 Juni setelah hujan lebat yang memicu tanah longsor di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh selatan.

Wilayah timur laut sangat terkena dampaknya, dengan curah hujan deras dan air hulu dari India yang menyebabkan genangan luas. Bangladesh masih dalam masa pemulihan dari topan yang melanda wilayah pesisir selatannya akhir bulan lalu.

“Saya khawatir bencana ini bisa sama dahsyatnya dengan banjir tahun 2022,” kata warga Sylhet, Shameem Chowdhury, mengacu pada banjir yang merupakan banjir terburuk di wilayah tersebut selama 122 tahun.

Tayangan TV menunjukkan banjir besar terjadi di ladang dan desa-desa dengan orang-orang mengarungi air setinggi lutut di kota Sylhet ketika curah hujan meningkatkan permukaan air di sepanjang empat sungai di wilayah tersebut.

Banyak wilayah yang terendam, sehingga menimbulkan ancaman signifikan bagi tanaman jika banjir berlangsung dalam jangka waktu lama, kata pejabat Kementerian Pertanian.

Banjir juga menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur dengan lebih dari 810 sekolah negeri di divisi Sylhet terendam banjir dan hampir 500 sekolah digunakan sebagai tempat perlindungan banjir, kata UNICEF.

Hampir 140 klinik komunitas juga terendam sehingga mengganggu layanan kesehatan penting.

Analisis yang dilakukan pada tahun 2015 oleh Institut Bank Dunia memperkirakan sekitar 3,5 juta orang di Bangladesh, salah satu negara paling rentan terhadap iklim di dunia, berisiko mengalami banjir sungai setiap tahunnya. Para ilmuwan mengaitkan memburuknya peristiwa bencana tersebut dengan perubahan iklim