Bagikan:

JAKARTA - Singapura sedang menyusun peta jalan tentang bagaimana hidup lebih normal dengan COVID-19, dengan harapan virus itu akan menjadi endemik seperti influenza dan ketika tingkat vaksinasi meningkat, kata para menteri yang memimpin gugus tugas memerangi virus negara itu.

Negeri Singa diketahui telah memvaksinasi sekitar setengah dari 5,7 juta penduduknya dengan setidaknya satu dosis vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Pfizer atau Moderna.

Sementara kecepatan vaksinasi Singapura relatif tinggi, negara ini lebih lambat dalam melanjutkan kegiatan sosial dan perjalanan, dibandingkan dengan tempat lain dengan tingkat inokulasi serupa.

"Sudah 18 bulan sejak pandemi dimulai, dan orang-orang kami lelah berperang. Semua bertanya, kapan dan bagaimana pandemi akan berakhir?" Menteri Perindustrian dan Perdagangan Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengatakan dalam sebuah opini di surat kabar The Straits Times, seperti dikutip dari Reuters Kamis 24 Juni.

Singapura diketahui memiliki aturan ketat terkait COVID-19 yang mengatur pertemuan sosial, pemakaian masker, pelacakan kontak, dan perjalanan.

Ketiga menteri tersebut berharap, setidaknya dua pertiga dari populasi divaksinasi penuh dengan dua dosis di sekitar Hari Nasional Singapura pada 9 Agustus. 

"Kami bekerja untuk memajukan pengiriman vaksin dan mempercepat prosesnya," harap ketiganya. 

Ketika negara mencapai tonggak pemberian vaksin COVID-19, pada waktunya, alih-alih memantau jumlah infeksi harian, pihak berwenang akan fokus pada hasil seperti berapa banyak yang jatuh sakit. 

Mereka yang terinfeksi akan diizinkan untuk menjalani perawatan dan pemulihan di rumah, sehingga akan ada lebih sedikit kekhawatiran tentang sistem perawatan kesehatan yang sedang tertekan.

Pengujian tidak akan menjadi alat untuk memagari dan mengkarantina orang, tetapi akan lebih digunakan untuk memastikan bahwa acara, kegiatan sosial, dan perjalanan ke luar negeri dapat berlangsung dengan aman.

Selain itu, para menteri mengatakan, orang akan dapat melakukan perjalanan lagi setidaknya ke negara-negara yang juga mengendalikan virus, dengan pengujian dan vaksinasi untuk menghilangkan kebutuhan akan karantina.