Bagikan:

JAKARTA - Vaksin virus corona Pfizer telah dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan terjadinya thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP), kelainan darah yang langka, kata para peneliti Israel.

TTP adalah penyakit autoimun yang menyebabkan terbentuknya pembekuan darah di berbagai organ tubuh. Menurut National Institutes of Health (NIH), gumpalan ini dapat membatasi atau menghalangi aliran darah yang kaya oksigen ke organ-organ utama seperti otak, ginjal dan jantung, yang mengakibatkan masalah kesehatan yang serius.

Para peneliti dari Institute of Hematology di Shamir Medical Center, Israel mengatakan, mereka waspada terhadap masalah ini setelah melihat peningkatan mendadak TTP di negara itu, empat kasus terdeteksi dalam satu bulan dibandingkan dengan dua atau tiga kasus per tahun.

Tim medis mengatakan, mereka menemukan hubungan kronologis antara vaksinasi pasien dan timbulnya gejala penyakit. Mereka menekankan, ini adalah pasien baru dan pasien yang penyakitnya berkembag setelah masa remisi yang lama.

Kementerian Kesehatan saat ini sedang mengevaluasi penelitian dan sampai evaluasi selesai, para dokter diminta untuk tidak melakukan wawancara.

Sebagai hasil dari penelitian mereka, tim medis yang dipimpin oleh Dr. Maya Koren-Michowitz, kepala Laboratorium Hematologi dan Translasi Hemato-Onkologi, merekomendasikan, orang yang memiliki TTP hanya mendapatkan vaksinasi dengan izin khusus dari dokter mereka. Jika mereka melakukan vaksinasi, untuk mendapatkan evaluasi klinis lanjutan.

"Dokter dan pasien perlu waspada terhadap gejala klinis, kelemahan, kelelahan, gangguan neurologis, perdarahan dan nyeri dada," kata tim tersebut dalam keterangannya seperti mengutip The Jerusalem Post, Selasa 22 Juni.

Mereka juga meminta orang yang telah menerima vaksin COVID-19, untuk waspada dan segera mencari bantuan medis jika gejala muncul. Diagnosis dini dan perawatan moderen telah meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien TTP dari 10 persen di masa lalu menjadi 80 persen saat ini.

Meski demikian, seorang juru bicara dari rumah sakit menekankan, penelitian ini, yang sangat kecil, seharusnya tidak menghalangi orang untuk memvaksinasi dan mendorong siapa saja yang belum divaksin, untuk menerima vaksin COVID-19.

Diberitakan sebelumnya, para peneliti Israel menemukan vaksin masih sangat efektif untuk mengatasi pandemi COVID-19, seiring dengan temuan vaksin Pfizer-BioNTech yang mampu mengurangi infeksi virus corona hingga lebih dari 90 persen.

Data ini diperoleh Institut Penelitian Clalit, berdasarkan data penelitian pada 1,2 juta orang. Setengah dari jumlah tersebut telah menerima vaksin Pfizer-BioNTech, dibandingkan dengan mereka yang tidak menerima vaksin.

"Tingkat gejala COVID-19, yang berarti orang yang terinfeksi virus corona dan merasa sakit, menurun 94 persen di antara orang yang menerima dua dosis vaksin. Sementara tingkat penyakit serius menurun 92 persen," terang Clalit dalam keterangannya seperti dilansir CNN