Keluar dari Uni Eropa, Inggris Anggarkan Rp289 Triliun untuk Penelitian Sains dan Teknologi
Ilustrasi penelitian. (Wikimedia Commons/Museum für Hamburgische Geschichte)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan, dia akan memimpin upaya baru untuk memanfaatkan terobosan ilmiah dan teknologi yang dibuat di Inggris, dengan program untuk mengarahkan penelitian ke bidang-bidang yang akan menguntungkan kepentingan publik.

PM Inggris Johnson akan memimpin sebuah kelompok yang dibentuk untuk memberikan arahan strategis tentang penggunaan sains dan teknologi sebagai alat untuk mengatasi tantangan sosial yang besar, meningkatkan level di seluruh negeri dan meningkatkan kemakmuran di seluruh dunia," sebut kantor PM Johnson seperti mengutip Reuters Senin 21 Juni.

Mencari keuntungan strategis untuk Inggris pasca-Brexit, rencana ini berkaca dari keberhasilan pengembang program vaksin virus corona, untuk mengidentifikasi area lain dari sektor penelitian dan pengembangan, di mana manfaat bisa diperoleh dari pendanaan pemerintah.

"Dari penemuan hingga pengiriman, program vaksinasi kami telah membuktikan apa yang dapat dicapai Inggris dalam skala dan kecepatan," kata PM Inggris Boris Johnson dalam sebuah pernyataan.

"Dengan arah, langkah, dan dukungan yang tepat, kami dapat menghidupkan lebih banyak terobosan ilmiah dan teknologi yang mengubah kehidupan orang-orang di Inggris dan dunia," sambungnya.

Sementara itu, Kepala Penasihat Ilmiah Pemerintah Inggris Patrick Vallance, akan mengepalai badan publik baru yang perannya akan menerapkan strategi tersebut.

Di luar perawatan dan vaksin COVID-19, Inggris ingin menggunakan kemampuan penelitiannya untuk mengamankan beberapa manfaat ekonomi dari pergeseran menuju teknologi yang lebih hijau, meskipun persaingan dari negara lain sangat ketat.

Mayoritas pengeluaran penelitian dan pengembangan di Inggris didanai oleh sektor swasta, dan keseluruhan investasi pada 2018 mencapai 1,731 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) menurut data Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, di bawah rata-rata 2,419 persen Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan (OECD).

Sejak meninggalkan Uni Eropa, Pemerintah Inggris telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan pengeluarannya di bidang penelitian dan pengembangan hingga miliaran poundsterling.

Inggris diketahui berencana menginvestasikan dana sebesar 14,9 miliar pound atau 20,58 miliar dolar Amerika Serikat (AS), sekitar Rp289.406.000.000.000 pada tahun 2021/2022 untuk penelitian dan pengembangan.

Investasi ini akan meningkat menjadi 22 miliar dolar AS atau sekitar Rp318.346.600.000.000 pada tahun 2024/25, dan telah berkomitmen untuk meningkatkan total investasi penelitian dan pengembangan menjadi 2,4 persen dari output ekonomi pada 2027.