JAKARTA - Anggota DPD RI Fahira Idris, menilai melonjaknya kasus COVID-19 akhir-akhir hari ini tak bisa dilepaskan dari kebosanan masyarakat yang dihadapkan dengan pandemi selama lebih dari setahun.
Kebosanan ini, menurutnya, memicu penurunan tingkat kewaspadaan masyarakat sehingga abai terhadap protokol kesehatan. Salah satunya menjaga jarak dan berkerumun ditengah pemberlakuan PPKM.
“Dalam penanggulangan COVID-19 di dunia, kenaikan jumlah kasus biasanya terjadi karena kombinasi dari kebijakan pelonggaran aturan pembatasan dan turunnya tingkat kewaspadaan masyarakat menegakkan protokol kesehatan," ujar Fahira dalam keterangannya, Senin, 14 Juni.
Kebosanan masyarakat, lanjutnya, juga terjadi akibat kekeliruan persepsi soal program vaksinasi COVID-19. Menurut Fahira, banyak masyarakat beranggapan bahwa ketika sudah divaksin maka akan kebal sepenuhnya terhadap virus corona.
Semestinya, kata dia, kebosanan yang melahirkan kelengahan ini harus menjadi musuh bersama dalam upaya mempercepat pengendalian pandemi COVID-19 ini. Bukannya menganggap seolah sudah baik-baik saja.
"Sedapat mungkin kita harus lawan rasa bosan dan jenuh sehingga kewaspadaan kita tetap terjaga dan terhindar dari penularan COVID-19,” tegas senator DKI Jakarta ini.
BACA JUGA:
Untuk itu, Fahira meminta pemerintah dan yang berkewenangan agar menetapkan kebijakan pembatasan lebih ketat dari sebelumnya untuk menekan lonjakan kasus positif terus meningkat.
Lonjakan kasus ini, tambahnya, harus menjadi perhatian khusus. Sebab, saat ini varian baru virus corona hasil mutasi memiliki kemampuan penyebaran yang lebih cepat dan luas. Bahkan, sudah menyebar ke banyak negara termasuk Indonesia.
"Semua tergantung dari kesadaran kita semua. Kita harus review kembali tingkat kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan selama beberapa bulan terakhir ini, apakah semakin baik atau malah semakin kendor," demikian Fahira.