SURABAYA - Satgas COVID-19 Kota Surabaya melakukan swab antigen kepada 15.524 pengendara yang melintas di Jembatan Suramadu. Hasilnya sebanyak 316 pengendara reaktif dari tes rapid antigen.
"Positif antigen ada 316 orang. Kemudian kita swab PCR yang positif ada 130 orang. Nah, 130 orang ini kita evakuasi ke rumah sakit lapangan. Ada beberapa yang di rumah sakit lain juga," kata Kepala Dinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita, di Surabaya, Jumat, 11 Juni.
Pihaknya sudah menyerahkan data hasil penyekatan ini ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur. Data ini merupakan jumlah warga luar Surabaya yang positif berdasarkan swab PCR. Melalui data itu, nantinya bakal menjadi rujukan bagi petugas untuk melakukan tracing.
"Data penyekatan sudah ke Dinkes provinsi. Nanti yang tracing dari provinsi dan daerah asalnya. Kecuali mereka ada keluarga di Surabaya kita yang tracing," ujarnya.
Berdasarkan hasil evaluasi, Febria menyebut saat ini para pengendara yang ingin masuk ke Surabaya, mencoba untuk menghindari screening di Jembatan Suramadu. Caranya, mereka melintas Jembatan Suramadu saat tengah malam atau dini hari untuk menghindari petugas.
"Mereka (pengendara) mau masuk ke Surabaya jam 01.00 WIB pagi ke atas, karena sepi nggak ada yang lewat. Padahal kita (petugas) masih di situ, dan sampai jam 03.00 WIB pagi (tadi) masih ramai pengendara yang melintas," ujarnya.
Karena itu, Febria menegaskan, pola penyekatan yang dilakukan saat ini harus diubah. Ini untuk mengantisipasi lolosnya para pengendara yang akan masuk ke Surabaya. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak jumlah petugas di lapangan saat tengah malam hingga dini hari.
"Taktiknya ini harus diubah. Jam 12.00 WIB sampai 06.00 WIB pagi harus lebih banyak petugas. Jam-jam itu sudah kami ketati," katanya.
BACA JUGA:
Selain itu, Febria juga kembali mengingatkan masyarakat agar mewaspadai tingginya mobilitas saat perayaan Hari Raya Idul Adha. Untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya memastikan akan terus memasifkan langkah 3T, yakni testing, tracing dan treatment. Namun, dia juga berharap kepada warga beserta pemerintah daerah di luar Surabaya supaya melakukan hal yang sama.
"Langkahnya di sini (Surabaya) dan di sana (luar daerah) protokol kesehatan harus ketat, 3T harus dimasifkan. Yang nomor satu masyarakat harus taat. Tidak bisa hanya di Surabaya yang melakukan, inikan mobilitas manusianya besar," katanya.