Bagikan:

JAKARTA - Otoritas kesehatan Korea Selatan (Korsel) mengatakan, mereka tidak memiliki rencana mengembalikan aturan pengetatan jarak sosial meski pandemi virus corona atau COVID-19 baru mulai merebak di Seoul, yang mana merupakan ibu kota negara tersebut.

Dilansir dari Reuters, Rabu 13 Mei, aparat terkait kini memilih berjuang dengan melacak dan menguji ribuan orang selama sepekan terakhir. Pengujian dilakukan setelah terdapat kasus-kasus COVID-19 baru yang terkait dengan klub malam dan bar di Itaewon, Seoul, yang menimbulkan kekhawatiran wabah gelombang kedua.

Otoritas kesehatan telah menghubungkan sedikitnya 119 kasus COVID-19 dengan tempat-tempat klub malam, yang baru saja dibuka kembali sebagai bagian dari langkah negara untuk langkah pelonggaran aturan pembatasan kegiatan guna mempercepat ekonomi.

Wakil Menteri Kesehatan Korsel, Kim Gang lip mengatakan, mengembalikan aturan social ditancing tidak akan dilakukan selama jumlah harian kasus baru di bawah 50 dan pejabat dapat melacak 95 persen dari semua infeksi.

"Untuk saat ini, kami masih akan memantau bagaimana transmisi saat ini berjalan dan meninjau apakah kami harus mempertimbangkan kembali kebijakan kami," kata Kim Gang lip dalam konferensi pers.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan, setidaknya terdapat 26 kasus baru pada Selasa 12 Mei, 21 kasus di antaranya terkait dengan wabah klub malam di Seoul. Angka tersebut sedikit lebih rendah dari penghitungan yang dilaporkan dalam dua hari sebelumnya.

Wabah tersebut juga mendorong para pejabat untuk menutup kembali beberapa klub malam dan bar serta menunda pembukaan kembali sekolah-sekolah paling lambat seminggu. Namun Pemerintah Korsel tetap pada keputusannya untuk mengurangi pembatasan kegiatan yang lebih luas dengan membuka kembali kantor, fasilitas umum, dan pusat olahraga. Pejabat Seoul juga sebelumnya telah memperkenalkan kebijakan baru yang mengharuskan orang untuk memakai masker wajah selama jam sibuk di kereta bawah tanah.

Sekitar 20.000 orang telah diuji sejak cluster baru pertama kali terungkap pada pekan lalu. Wali Kota Seoul Park Won-soon juga mengatakan bahwa pengujian tersebut termasuk ribuan geolokasi oleh data ponsel.

Lebih dari 1.200 dari yang didapati mengalami gejala COVID-19 adalah orang-orang asing. Hal tersebut mendorong Pemerintah Kota Seoul mengirim pesan teks otomatis dalam bahasa Inggris meminta orang untuk diuji.

Kasus COVID-19 yang terkonfirmasi merupakan para pekerja, anggota keluarga, dan orang-rang yang pergi ke klub malam. Wali Kota Park Won-soon menyatakan keprihatinannya bahwa sebagian besar kelompok muda yang terinfeksi virus corona ini dapat memperluas wabah.

"Ini sangat mengkhawatirkan," ujarnya

Aturan Pidana 

Pihak berwenang Incheon, sebuah kota di sebelah barat Seoul, mengatakan mereka sedang mempertimbangkan untuk mengajukan pengaduan pidana terhadap satu pengunjung klub malam yang terinfeksi COVID-19. Pengunjung klub tersebut tidak mengungkapkan kepada otoritas setempat bahwa dia bekerja di sekolah swasta yang mana berisiko menularkan virus kepada siswa-siswanya.

Penyelidik melacak pergerakan pria itu menggunakan data ponselnya dan mengetahui bahwa ia bekerja di sebuah sekolah di mana lima siswa dan satu pengajar sejak itu dipastikan tertular COVID-19. Seorang siswa secara pribadi diajari oleh pria itu dan ibu siswa itu juga dinyatakan positif COVID-19.

"Jika ada lebih banyak kasus di mana orang memberikan informasi yang tidak akurat, pemerintah tidak dapat mengambil tindakan proaktif, kita tidak bisa mencegah penyebaran infeksi sekunder dan tersier, dan seluruh masyarakat kita dapat kembali dalam suasana berbahaya," kata Wamenkes Korsel.