JAKARTA - Korea Selatan (Korsel) melaporkan, sebanyak 116 orang yang pada awalnya dinyatakan sembuh dari COVID-19, kembali terjangkit virus tersebut. Hal tersebut terjadi menjelang para pejabat Korsel melakukan sedikit pelonggaran atas aturan ketat pencegahan penularan COVID-19.
Melansir Reuters, Selasa 14 April 2020, Korsel melaporkan terdapat 25 kasus baru, pada Senin, 13 April. Namun terdapat peningkatan pada jumlah orang yang kembali terkena COVID-19 setelah berhasil disembuhkan. Tentunya kasus tersebut menimbulkan kekhawatiran ketika Negeri Ginseng tersebut berupaya untuk memberantas COVID-19 secara keseluruhan.
Para otoritas masih menyelidiki penyebab kekambuhan yang terjadi. Tetapi Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), Jeong Eun-kyeong, menjelaskan bahwa kemungkinan virus corona yang terdapat di tubuh pasien tersebut aktif kembali, bukan si penderita yang kembali tertular.
Ahli lain mengatakan mungkin sebelumnya tes yang dilakukan memberikan hasil yang salah atau sisa-sisa virus mungkin masih ada dalam tubuh orang tersebut, tetapi tidak menular atau membahayakan dirinya atau orang lain.
Meski negaranya sendiri tengah berjuang menghadapi COVID-19, Korsel tetap membantu negara lain yang bernasib sama. Korsel berencana untuk mengirim 600.000 alat uji COVID-19 ke Amerika Serikat (AS). Bantuan tersebut diberikan setelah Presiden AS Donald Trump meminta langsung kepada pihak Korsel.
BACA JUGA:
Selain itu, otoritas pemerintah di berbagai daerah di Korsel meminta warga untuk terus mengikuti panduan seperti melakukan physical distancing dan tetap berada di rumah. Beberapa pemerintah daerah telah memberlakukan tindakan yang lebih ketat, termasuk menutup bar dan klub malam, melarang demonstrasi besar, dan membatasi layanan gereja.
Setidaknya, penduduk Korsel dianjurkan untuk melakukan physical distancing yang ketat hingga setidaknya 19 April. Tetapi karena kasus-kasus menurun dan cuaca membaik, semakin banyak orang yang melanggar pedoman tersebut. Selain itu, otoritas pemerintah juga mengisyaratkan bahwa langkah-langkah seperti itu dapat segera dilonggarkan.
Pada pertemuan manajemen bencana, Perdana Menteri Korsel (PM) Chung Sye-kyun mengatakan, pemerintah akan segera melonggarkan pedoman perlindungan dari COVID-19, yang menyerukan orang untuk tinggal di rumah, menghindari pertemuan dalam bentuk apa pun, dan keluar rumah hanya untuk alasan penting.
“Akhir minggu ini, kami berencana untuk meninjau kampanye social distancing kami yang telah kami lakukan sejauh ini dan membahas apakah kami akan beralih ke langkah-langkah keselamatan rutin,” katanya.
PM Chung mengingatkan bahwa bahkan ketika pembatasan sudah dilonggarkan, negara itu tidak akan hidup kembali seperti sebelum wabah.
"Kami membutuhkan pendekatan yang sangat hati-hati karena pelonggaran sosial yang dilakukan sejak dini dapat membawa konsekuensi yang tidak dapat diubah, dan harus merenungkan secara mendalam tentang kapan dan bagaimana kami beralih ke sistem baru," tukas PM Chung.