Lonjakan Pasien, Korsel Khawatirkan Gelombang Ketiga COVID-19
Ilustrasi warga Korea Selatan (dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kasus positif COVID-19 dilaporkan terus bertambah, di Korea Selatan. Negeri Gingseng itu, kini dibayangi gelombang ketiga penyebaran virus Corona. 

Bahkan sebelumnya, Perdana Menteri Korea Selatan Chung Sye-kyun menyerukan agar semua pertemuan sosial yang rencananya digelar pada akhir tahun untuk segera dibatalkan.

Pemerintah juga mendesak kepada seluruh perusahaan untuk mendorong karyawannya bekerja dari rumah. Sementara khusus untuk orang tua yang berusia lebih dari 60 tahun, dianjurkan untuk tetap tinggal di rumah.

"Jika kita tidak menghentikan laju penyebaran (virus) ini sekarang, kehidupan normal akan kembali dibatasi," katanya dalam sebuah pertemuan penanganan COVID-19.

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KDCA), ada 386 kasus positif COVID-19 baru dalam waktu 24 jam terakhir. Total pasien positif di Korea Selatan pun mencapai 30.403 jiwa dan 503 di antaranya meninggal dunia.

Artinya dalam empat hari berturut-turut, Korea Selatan melaporkan kasus harian di atas angka 300. Angka tersebut jadi jumlah penularan terbesar sejak Agustus 2020.

"Kita ada di masa kritis. Jika kita gagal mengendalikan wabah, maka kita akan menghadapi penyebaran virus di seluruh daerah yang dapat melampaui kasus pada dua gelombang sebelumnya," kata pejabat senior KDCA, Lim Sook-young saat jumpa pers. 

Lim mengatakan otoritas kesehatan setempat kemungkinan akan segera memperketat aturan pembatasan sosial. Pihaknya memprediksi kasus harian pada minggu depan akan mencapai 400 orang dan dapat melebihi angka 600 per harinya pada awal Desember jika rasio penularan saat ini tidak berkurang.

Dalam kesempatan itu, Lim meminta anak-anak muda di Korsel tidak menghadiri acara pertemuan atau kumpul-kumpul lainnya dan segera memeriksakan diri. Pasalnya, banyak kasus baru ditemukan pada para peserta les dan mahasiswa.

Pemerintah Korsel sendiri telah memperketat protokol kesehatan di negaranya. Tetapi kekhawatiran semakin berkembang bahwa penutupan bar, klub malam, fasilitas olahraga, hingga pembatasan kegiatan keagamaan mungkin masih tidak cukup menekan laju infeksi.

Di sisi lain, Korsel saat ini masih bernegosiasi demi mengamankan persediaan vaksin COVID-19 untuk 30 juta orang atau 60 persen dari total penduduknya. Rencananya, vaksin untuk 10 juta orang akan diperoleh dari fasilitas pengadaan vaksin COVID-19 dunia (COVAX Facility), kata Lim.