Kontestasi Asal Ramai Pemilihan Ketum Golkar
Airlangga Hartarto dalam Munas Partai Golkar (Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Jelang pembuka musyawarah nasional (Munas) X Partai Golkar, publik dikejutakan dengan mundurnya rival Airlangga Hartarto yakni Bambang Soestayo (Bamsoet) dalam pencalonan sebagai ketua umum. Padahal sejak awal kubu Bamsoet dan Airlangga saling serang.

Pakar Komunikasi Politik Lelly Arrianie mengatakan, bisa dikatakan majunya Bamsoet hanya untuk meramaikan kontestasi pencalonan ketua umum partai berlambang beringin tersebut. Karena adanya keinginan dari bawah agar Bamsoet maju sebagai calon ketua.

Sedangkan mundurunya Bamsoet dalam pencalonan, dinilai Lelly sebagai salah satu langkah untuk menghindari konflik berkepanjangan.

"Sudah menjadi rahasia umum dia mendapatkan posisi Katua MPR nanti Airlangga menjadi ketua Golkar. Tapi nampaknya ada riak-riak di bawah yang menginginkan Bamsoet juga maju. Sebenernya dealnya sudah kelihatan siapa (dapat apa). Tapi kalau Bamsoet tetap meneruskan maju, kan sudah ada komitmen itu. Nanti justru akan menjadi konflik berkepanjangan," kata Lelly kepada VOI, di Jakarta, Selasa, 3 Desember.

Sependapat, pengamat politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin mengatakan mundurnya Bamsoet menjadi alasan yang terbaik untuk mengamankan dirinya. Karena dalam politik, jika Bamsoet tidak mundur bisa jadi risikonya akan besar. Misalnya dicopot dari jabatannya yang sekarang.

"Mundurnya Bamsoet bisa jadi karena tekanan dari kubu Airlangga maupun pemerintah. Karena bagaimanapun ada perjanjian yang sudah ditandatangani oleh Bamsoet ketika dijadikan ketua MPR oleh Airlangga. Di situ lah sudah kelihatan ada proses dinamika yang terjadi. Artinya Airlangga ingin maju, Bamsoet stop dulu dengan jabatan yang sedang diemban," tutur Ujang.

Seperti diketahui, ada sembilan nama pendaftar bakal calon Ketum Golkar yakni Ridwan Hisjam, Ali Yahya, Achamad Annama, Indra Bambang Utoyo, Agun Gunandjar Sudarso, Bambang Soesatyo, Derek Lopatty, Airlangga Hartarto dan Aris Mandji.

Setelah dilakukan verifikasi syarat administrasi hanya lima bakal calon yang lolos sebagai calon ketua umum. Mereka adalah Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Ridwan Hisjam, Ali Yahya, dan Agum Gunandjar Sudarso.

Beberapa saat lalu, Bamsoet menyatakan dengan resmi dirinya telah mundur dari pencalonan sebagai ketua umum Golkar periode 2019-2024. Dengan begitu, hanya tersisa tiga calon penantang untuk Airlangga sebagai pertahanan.

"Ya sudah selesai. Kandidat lain hanya pajangan hanya pemanis kontestasi saat ini gitu dan itu terbukti yang saya sampaikan. Permianan dianggap sudah selesai (dengan mundurnya Bamsoet). Tidak ada permainan lanjutan kelihatannya. Sudah diketahui siapa pemenangnya," ucapnya.

Saat ini, kata Ujang, justru yang harus diwaspadai jangan sampai Bamsoet muncul dengan menggelar munas tandingan, seperti saat pencalonan Agung Laksono dengan Abu Rizal Bakrie (ARB). Jika hal ini terjadi, Golkar akan terpecah.

"Dipastikan juga pak bamsoet jangan sampai membuat munas tandingan. Karena itu akan memecah partai. Tapi saya punya keyakinan Bamsoet tidak akan berani menbuat munas tandingan. Karena lawannya Airlangga, sudah mendapat dukungan dari pemerintah. Itu artinya Bamsoet tidak kuat untuk membuat munas tandingan, sangat berat," jelasnya.

Kabar mundur Bamsoet disambut baik pendukung Airlangga Hartato. Ace Hasan Syadzily mengatakan, dengan mundurnya Bamsoet pada kancah pencalonan ketua umum akan membuka pintu aklamasi bagi Airlangga semakin lebar.

"Kemungkinan besar arahnya kepada aklamasi. Mekanisme sesuai dengan AD/ART tetap harus dilalui. Proses persidangan tetap akan dilaksanakan," tutur Ace.

Sementara itu, Loyalis Bamsoet, Darul Siska mengaku belum mengetahui jelas alasan di balik mundurnya Bamsoet dalam pencalonan sebagai ketua umum Golkar. Ia mengaku, juga terkejut lantaran banyak awak media yang meminta penjelasan kepada durinya.

"Saya lagi nyari beliau. Nih ditanya banyak wartawan. Saya belum ketemu beliau malah. Saya juga mesti tanya Pak Bambang dong. Saya enggak tahu alasannya, saya mesti ngobrol dulu kenapa dia mundur atau disuruh mundur atau kenapa pertimbangannya," ucap Darul Siska.

Belum terima surat mundur Bamsoet

Ketua Komite Pemilihan Munas Partai Golkar, Maman Abdurahman mengaku, belum menerima surat pengunduran diri dari bakal calon ketua umum, Bambang Soesatyo (Bamsoet). Pihaknya baru mengetahui kabar mundurnya Bamsoet dari media massa dan belum menerima surat resmi dari Bamsoet.

"Sampai hari ini kami dari komite pemilihan baru membaca via media, bahwa Pak Bamsoet berdasarkan informasi dari media menyatakan mundur. Sampai hari ini belum ada statement atau surat resmi dari beliau," kata Maman di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 3 Desember.

Maman pun belum bisa memastikan mundurnya Bamsoet dari arena pertarungan calon ketua umum karena belum adanya surat yang diberikan kepada dirinya.

"Untuk memastikan seseorang mundur atau tidak pertama di dalam forum munas nyatakan mundur atau menyiapkan surat pengunduran diri. Itu yang jadi dasar kita apakah Bamsoet masih jadi bakal calon atau tidak," katanya.

Padahal, menurut Maman Ketua MPR itu telah dinyatakan lolos sebagai calon ketua umum Partai Golkar. Bersama petahana Airlangga Hartarto lalu ada Ridwan Hisjam, Ali Yahya dan Agun Agun Gunandjar keempatnya telah dinyatakan memenuhi syarat.

Sebelumnya, Bambang Soesatyo menyatakan mundur secara sukarela dari bursa pencalonan ketua partai Golkar. Bambang menyatakan bahwa alasan pembatalan pencalonannya berkaitan dengan keinginannya menjaga stabilitas politik partai Golkar.

"Demi menjaga keutuhan dan solidaritas partai Golkar, saya menyatakan tidak meneruskan pencalonan saya sebagai kandidat ketua umum Golkar," ucap Bambang kepada wartawan saat ditemui di Kemenko Kemaritiman dan investasi, Selasa, 3 Desember.

Pernyataan Bambang ini dikeluarkan sesaat sebelum Musyawarah Nasional (Munas) Golkar digelar pukul 19.00 WIB di Hotel Ritz Carlton, Kuningan.

Sekitar pukul 16.20 WIB, Bambang bersama ketua umum Golkar petahana, Airlangga Hartarto memberi pernyataan kepada media didampingi petinggi Golkar seperti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan serta eks ketum Golkar Aburizal Bakrie (Ical).