Korban Tewas Capai 845 Orang, Warga Sipil Ikut Angkat Senjata Lawan Militer Myanmar
Ilustrasi tentara etnis bersenjata. (World Policy.Org/Diana Markosian)

Bagikan:

JAKARTA - Kelompok-kelompok perlawanan sipil yang didirikan oleh warga Myanmar mulai melakukan perlawanan. Bersama etnis bersenjata, mereka melawan rezim militer di berbagai daerah, lantaran kekerasan rezim terus berlangsung di Myanmar.

Data Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik (AAPP) Kamis 3 Juni, sedikitnya 845 orang tewas sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari lalu atau kini sudah memasuki bulan keempat. Sementara, 4.509 orang masih ditahan oleh rezim militer Myanmar.

Terbaru, kelompok perlawanan anti-junta lokal yang dipersenjatai dengan peledak rakitan dan senapan berburu, menyerang polisi dan kendaraan militer Myanmar di dekat Bukit Wah Nyo, Kanbalu, Sagaing region Rabu lalu. Salah satu dari empat polisi yang diserang tewas, sementara lainnya terluka 

"Mereka menyerang sebuah mobil polisi dalam perjalanan dari Wah Nyo ke kota. Saya mendengar bahwa mereka menggunakan ranjau buatan tangan dan senjata tradisional. Mereka mengatakan sub-inspektur ditembak di kepala dan seorang polisi ditembak di bahu," tutur warga setempat melansir Myanmar Now, Jumat 4 Juni.

"Sub-inspektur polisi Soe Kyaw Zin Myint meninggal karena luka-lukanya pada Kamis pagi. Jenazahnya disimpan di aula keagamaan di kantor Polisi Kotapraja Kanbalu dan akan dikirim ke kampung halamannya di Mohnyin di Negara Bagian Kachin," tambah warga tersebut.

Seorang penduduk desa yang tinggal di dekat lokasi serangan mengatakan, gerilyawan mundur setelah bala bantuan polisi tiba dari Kanbalu sekitar satu jam kemudian.

"Sebuah ranjau meledak dan kemudian seorang polisi menembakkan senjatanya ke hutan. Tapi mobilnya kabur dan polisi yang mencoba menembak jatuh," kata warga.

"Para gerilyawan meninggalkan senjata mereka dan melarikan diri di hutan, saat para prajurit mulai menggeledah hutan. Senjata yang ditinggalkan buatan tangan," sambung warga tersebut.

Setelah menyita delapan pucuk senjata api, para tentara menghentikan pengejaran mereka, kata penduduk desa itu, seraya menambahkan bahwa senjata-senjata itu kemudian diperlihatkan kepada penduduk desa-desa terdekat Sabae Nanttha dan Nammalun, untuk ditanyai tentang siapa pemiliknya.

Pasukan rezim militer Myanmar pun memperketat penjagaan di Kanbalu. Termasuk dengan memberlakukan pemeriksaan mneyeluruh di gerbang masuk dan keluar kota, terhadap semua pelintas.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.