JAKARTA - Pertempuran sengit selama beberapa hari antara pasukan rezim militer Myanmar bersama Pasukan Penjaga Perbatasan Karen (BGF), melawan gabungan kelompok sempalan Tentara Buddhis Karen Demokrat (DKBA), Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), Persatuan Nasional Karen/Dewan Perdamaian Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNU/KNLA-PC), Organisasi Pertahanan Nasional Karen (KNDO) dan sempalan BGF serta di Distrik Myawaddy, Negara Bagian Karen.
Bentrokan pecah pada Hari Selasa di Desa Phlu, setelah kelompok sempalan DKBA dilaporkan menahan tiga polisi, termasuk kepala polisi kota Waw Lay dan seorang petugas pemadam kebakaran. Pertempuran telah memaksa lebih dari 400 penduduk ke Mae Sot melintasi perbatasan Thailand.
Kepala kelompok sempalan DKBA Brigadir Jenderal Saw Kyaw Thet mengatakan, pertempuran sengit terjadi pada Selasa dan Rabu. Rezim militer Myanmar disebutnya memasuki wilayah mereka tanpa izin, dengan mengerahkan banyak pasukan.
"Mereka menggunakan banyak peluru artileri 120mm, juga serangan udara. Kami tidak khawatir, ketegangan tetap tinggi," jelas Saw Kyaw Thet seperti melansir The Irrawaddy, Jumat 4 Juni.
Mengenai penggerebekan kantor polisi di Way Lay ia menerangkan, Waw Lay berada di wilayah KNU. Pertempuran terjadi dengan kelompok yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Nar Damya.
"Kami tidak tahu banyak tentang kasus Waw Lay. Tapi di desa Phlu, kelompok kami yang melawan rezim. DKBA tidak berjuang di sana sendirian. Empat kelompok lain termasuk PDF, KNU/KNLA (PC), KNDO dan kelompok sempalan dari BGF, yang terdiri dari lebih dari 50 tentara, bertempur bersama kami," paparnya
Lebih jauh diterangkan olehnya, kelompok sempalan BGF yang bergabung dengan perlawanan menentang rezim militer Myanmar, turut membawa senjata dan amunisi milik mereka.
"Kami bekerja sama berdasarkan kepercayaan sebagai aliansi. Kami tidak hanya bekerja sama di Phlu, tetapi juga di Kawkareik dan di seluruh Negara Bagian Karen. Kami hadir di hampir semua bagian Negara Bagian Karen," tutur jenderal bintang satu ini.
"Jika dewan militer mundur, kami tidak akan melakukan apa-apa. Tetapi jika tidak, pertempuran akan terus berlanjut sampai memberikan kekuasaan kepada pemerintah terpilih," tegasnya.
BACA JUGA:
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.