Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengakui mutasi virus corona dapat memengaruhi efikasi atau khasiat vaksin yang saat ini telah diproduksi sejumlah negara.

Namun, Wiku tak menyebutkan sebesar apa pengurangan khasiat vaksinasi COVID-19 dalam menghadapi varian baru COVID-19.

"WHO, berdasarkan studi yang dilakukan beberapa peneliti, menyatakan beberapa varian memiliki pengaruh yang sedikit hingga sedang terhadap angka efikasi tiap vaksin pada kasus positif dengan varian tertentu," kata Wiku dalam tayangan Youtube Sekretariat Presiden, Selasa, 1 Juni.

Wiku menjelaskan, varian B117 memengaruhi khasiat vaksin AstraZaneca. Varian B1351 memengaruhi vaksin Moderna, Prfizer, AstraZaneca dan Novavac. Sedangkan varian P1 memengaruhi efikasi Moderna dan Pfizer. Sementara, varian B1617 memengaruhi Moderna dan Pfizer. 

"Hal ini disebabkan vaksin yang ada masih menggunakan virus atau original varian yang ditemukan di Wuhan, China," ucap Wiku.

Meski begitu, WHO juga pengaruh varian terhadap efikasi masih bersifat sementara dan masih bisa berubah tergantung hasil studi lanjutan yang sedang dilakukan.

Untungnya, mutasi virus tidak menurunkan efikasi vaksin di bawah 50 persen yang menjadi ambang batas minimal yang ditoleransi WHO untuk sebuah produk vaksin yang layak. Bahkan, beberapa vaksin diantaranya masih memiliki efikasi di atas 90 persen. 

Untuk mengantisipasi hal ini, kata Wiku, perlu dilakukan berbagai solusi secara paralel dan secara kolektif. 

Pertama, mengefektifkan testing dan karantina pelaku perjalanan demi menekan bertambahnya varian yang masuk. Karena saat ini yang terdeteksi berdasarkan WGS ialah 4 dari 8 varian akibat mutasi COVID-19.

"Kedua, menggiatkan WGS secara komplit untuk mengetahui distribusi secara tepat, dan dapat menjadi dasar kebijakan pengendalian yang spesifik sesuai risiko per daerah," ujarnya.

Ketiga, penegakan protokol kesehatan di semua sektor dan kini kegiatan demi menurunkan peluang kemunculan varian baru atau gabungan dengan kasus-kasus yang ada di Indonesia. Karena pada prinsipnya, mutasi akan menjadi lebih masif, saat penularan di masyarakat juga tinggi. 

Keempat, melanjutkan vaksinasi. Karena vaksin yang digunakan saat ini masih tergolong efektif. Baik untuk mencegah penyakit, maupun menghindari gejala parah pada kasus positif. 

"Mohon seluruh pemimpin daerah, petugas di lapangan kembali mengevaluasi kebijakan yang diterapkan. Karena solusi-solusi tersebut tidak akan efektif jika tidak ada kekompakan dalam menjalankannya," pungkas Wiku