Bagikan:

JAKARTA - Sebuah laporan menerangkan, orang-orang dari beberapa etnis minoritas di Inggris yang sekarat akibat COVID-19 jumlahnya lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan mayoritas dari mereka bekerja di layanan kesehatan dan sektor-sektor lain yang paling mudah terpapar oleh virus.

Kematian per kapita orang-orang di Inggris keturunan kulit hitam Karibia adalah tiga kali lipat dari warga negara Inggris yang berkulit putih, kata Institute for Fiscal Studies (IFS).

Dilansir dari Reuters, Jumat 1 Mei, kematian per kapita pada kelompok kulit hitam lainnya dua kali lipat dari populasi secara keseluruhan Inggris. Sementara orang-orang keturunan India juga menderita lebih banyak kematian daripada rata-rata orang Inggris lainnya.

Mempertimbangkan fakta bahwa sebagian besar kelompok minoritas berusia jauh lebih muda daripada rata-rata penduduk kulit putih Inggris, angka kematian per kapita di hampir semua kelompok minoritas tampak sangat tinggi.

Sebagian dari angka kematian dikarenakan banyak etnis minoritas yang tinggal di London atau kota-kota lain yang terkena dampak COVID-19 paling tinggi. Namun letak geografis bukanlah satu-satunya faktor.

"Tidak mungkin ada penjelasan tunggal di sini dan faktor-faktor yang berbeda mungkin lebih penting bagi kelompok yang berbeda," kata Ross Warwick, seorang ekonom di IFS.

"Misalnya, orang Afrika berkulit hitam kemungkinan besar akan dipekerjakan dalam bidang sektor publik yang mungkin menempatkan mereka dalam risiko, sedangkan orang Bangladesh yang lebih tua tampak rentan berdasarkan kondisi kesehatan yang mendasarinya," tambahnya. 

Data tersebut juga sejalan dengan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan bahwa orang Afrika-Amerika lebih mungkin meninggal akibat COVID-19. Hal tersebut dikarenakan kesenjangan yang sudah lama terjadi dalam dunia kesehatan dan ketidaksetaraan dalam akses perawatan medis di Negeri Paman Sam.

IFS juga mengatakan orang-orang dari etnis minoritas di Inggris lebih mungkin terpukul secara finansial akibat aturan lockdown untuk perang melawan COVID-19. 

"Pria Bangladesh empat kali lebih berisiko daripada pria kulit putih Inggris untuk menghadapi penutupan industri (akibat COVID-19). Sedangkan pria Pakistan hampir tiga kali lipat (menghadapi kesulitan ekonomi)," kata Lucinda Platt, seorang profesor London School of Economics.

Tabungan rumah tangga yang dimiliki oleh orang kulit hitam Afrika, Karibia, atau keturunan Bangladesh di Inggris juga pasti lebih rendah. Sedangkan mereka yang berasal dari kelompok 'putih lain' yang lahir di luar Inggris tampaknya tidak menghadapi risiko ekonomi. 

Di Inggris, jumlah kasus COVID-19 menyentuh angka 171.253 dengan 26.771 di antaranya meninggal dunia. Pemerintah Inggris mengklaim telah mencapai target tes hariannya sebanyak 100.000 per hari. 

"Saya belum memiliki angkanya, mungkin akan diterbitkan hari ini. Tapi sepertinya kita memenuhi target atau mendekati target sehingga kita akan sangat meningkatkan jumlah pengujian di negara ini," katanya Menteri Perumahan Inggris Robert Jenrick. 

“Ini batu loncatan yang penting. Kami sekarang telah membangun awal dari jaringan yang kami perlukan untuk menguji, melacak, dan mengetahui langkah selanjutnya untuk melawan virus," tutup Jenrick.