JNE Ambil Hikmah dari PSBB dan Ramadan
Ilustrasi. (Foto: JNE)

Bagikan:

JAKARTA - Di tengah tekanan pandemi virus corona atau COVID-19, sebagaian perusahaan terpaksa harus menutup bisnisnya. Apalagi setelah pembelakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) justru mendapat keuntungan, karena masyakarat mulai beralih membeli kebutuhan secara online.

Direktur Utama JNE Mohamad Feriadi mengungkap, saat awal pembatasan sosial beskala besar (PSBB) diterapkan, JNE memang sempat mengalami penurunan aktivitas pengiriman paket. Hal ini karena aktivitas produksi, toko, perkantoran, dan pabrik tutup otomatis distribusi pun penurun. Namun, penurunan tersebut tak berlangsung lama.

"Adanya PSBB, ada hikmah baik, tadinya belanja offline jadi belanja online, terjadi shifting. Walaupun toko, perkantoran, dan pabrik tutup. Tetapi kan e-commerce tumbuh. Penurunan ini terkompensasi. Sehingga Ramadan ada target khusus, kami masih optimistis walaupun pandemi, pertumbuhan bisa lebih dari 20 persen," tuturnya dalam sebuah video conference, Kamis, 30 April.

Feriadi menjelaskan, sebenarnya dalam musim puncak Ramadan dan Lebaran pada kondisi normal, aktivitas pengiriman dapat melonjak hingga 30 persen setiap tahunnya. Namun, walaupun akibat pandemi COVID-19 terjadi koreksi dari lonjakan pada biasanya, JNE tetap optimistis adanya peningkatan.

Ilustrasi social distancing. (Ilham Amin/VOI)

Menurut Feriadi, keyakinan tersebut didukung dengan salah satu poin penting penanganan COVID-19, di mana saat ini masyarakat dilarang untuk mudik dan imbauan social distancing. Karena kondisi ini, terjadi lonjakan pembelian secara online. Maka, hal ini berdampak pada aktivitas jasa pengiriman ekspres yang akan tetap tumbuh. Sebab, kebutuhan masyarakat akan jasa pengiriman menjadi lebih tinggi.

"Kami optimis, karena Ramadan ini menjadi salah satu momen di mana masyakarat akan melakukan kirim-kirim barang ke keluarga dan sanak saudara," tuturnya.

Di sisi lain, JNE juga menilai akan tejadi pertumbuhan yang berasal dari salah satu produknya yang memberikan layanan pengiriman makanan khas suatu daerah atau dikenal sebagai JNE Pesona. Di tengah pandemi dan Ramadan, layanan ini menjadi kemudahan bagi mereka yang rindu makanan khas daerah tetapi tidak bisa mudik.

"Tahun lalu contoh kiriman pempek dari Palembang sehari itu tak kurang dari 7 ton, kita lihat sumber daya ikan banyak, permintaan pempek juga luar biasa. Dengan adanya PSBB tahun ini potensi pengiriman makanan akan tumbuh berkembang, karena masyarakat yang asalnya dari provinsi tertentu pasti rindu makanan kampung halaman," jelasnya.

Feriadi mengatakan, melalui layanan JNE Pesona, pihaknya sudah melayani pengiriman 6.000 varian makanan dengan membantu mengakomodasi hingga 2.000 UKM produsen panganan khas daerah.

Di sisi lain, Feriadi mengimbau, agar masyarakat tidak takut untuk melakukan pengiriman barang melalui JNE di tengah pandemi. Ia mengatakan, pihaknya telah melakukan langkah preventif untuk mengurangi penyebaran wabah pandemi COVID-19.

Salah satunya, lanjut Feriadi, JNE mewajibkan para karyawan dan kurir untuk menggunakan alat perlindungan diri seperti masker dan sarung tangan. Bahkan, JNE juga telah melakukan pengetatan proses pemeriksaan pada petugas kurir yang bertugas.

Produk Paling Banyak Dikirim

Tak hanya itu, Feriadi juga mengungkap, produk yang paling banyak dikirim oleh masyarakat selama PSBB adalah barang-barang rumah tangga dan makanan. Menurut dia, produk ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang ingin mencoba peruntungan beralih menjadi wirausaha. Khusunya, untuk mereka yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Produk-produk yang paling banyak dikirim adalah produk kebutuhan rumah tangga, seperti sembako. Kalau kondisi pandemi sekarang ini, health care melonjak. Seperti masker dan hand sanitizer. Kemudian, makanan juga," tuturnya.

Direktur Utama JNE Mohamad Feriadi saat virtual conference, Kamis 30 April.

Feriadi berujar, dengan kemajuan teknologi di mana kebutuhan bisa didapatkan secara online, harus dimanfaatkan masyarakat. Sebab, siapapun dapat berjualan di e-commerce.

"Sekarang ini, kita sedang terjadi shifting. Peralihan dari offline menjadi online. Saya melihat ini adalah gambaran masa depan yang terjadi lebih cepat. Oppurtunity baru," jelasnya.