JAKARTA - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menandatangani nota kesepahaman/MoU dengan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.
MoU ini terkait program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana pada Bidang Kepemudaan dan Keolahragaan.
Pada penandatanganan MoU yang bertema "Bebas Stunting untuk Mencetak Atlet Berprestasi" ini, Menpora Amali menyampaikan materi yang dikerjasamakan antara Kemenpora dan BKKBN adalah terkait penanganan Stunting.
"Stunting bukan hanya masalah dari BKKBN saja tetapi menjadi masalah kita bersama. Nah kami dari Kementerian Pemuda dan Olahraga tentu sangat berkepentingan khususnya penanganan para remaja, para pemuda, baik itu remaja dan pemuda secara umum. Maupun mereka yang dalam kategori menjadi atlet," kata Menpora Amali.
Terkait hal-hal teknis lapangan yang akan dikerjakan antara dua lembaga ini, Menpora Amali memastikan akan kembali melakukan rapat untuk merumuskan dalam bentuk-bentuk kerja sama.
"Tentu kita akan duduk kembali mendetailkan, mengeloborasi, apa yang sudah kita sepakati. Tapi yang jelas secara garis besar, kita sudah mendapatkan gambaran bahwa mengatasi perkawinan, usia dini, mengatasi masalah di keluarga dan itu memang di bidang kepemudaan di kami (Kemenpora) juga ada dan juga masalah bagaiamana kita mendapatkan talenta yang sehat yang terbebas dari stunting itu juga menjadi masalah yang harus ditangani secara bersama," ungkapnya.
Menpora Amali juga menyampaikan masalah stunting menjadi perhatian khusus Presiden Joko Widodo. Bahkan semua kementerian dan lembaga negara diminta untuk terlibat dalam menangani hal tersebut sesuai dengan kewenangan masing-masing.
"Kami mendapatkan pesan pada rapat kabinet yang lalu bahwa bapak presiden menyampaikan masalah stunting ini selama masalah kita bersama. Bapak presiden telah menegaskan bahwa BKKBN menjadi leadernya dan Pak Hasto ketuanya. Saya kira kita dukung, kita support, sesuai dengan fungsi kita masing-masing," pungkas Menpora Amali.
Selanjutnya, Menpora Amali memaparkan bonus demografi dapat menjadi beban dan mudaharat bagi bangsa Indonesia bila generasi mudanya tidak terencana dari masalah stunting.
"Apa yang kita harapkan dengan bonus demografi kedepan, saya kira ini menjadi harapan seluruh rakyat indonesia, kita tidak bisas membayangkan bagaimana generasi kita yang akan datang masih mengalami stunting. Tentu kita tidak bisa mengharapkan generasi yang unggul, generasi yang produktif, generasi yang punya daya saing, dan harapan Indonesia Emas 2045 tentu itu menjadi mimpi kosong kita," tegasnya.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan ucapan terimakasih kepada Menpora Amali dan jajarannya karena sudah bersinergi dengan BKKBN dalam program penurunan angka stunting.
"BKKBN menghaturkan ucapan terima kasih kepada bapak Menteri Pemuda dan olahraga dan seluruh jajaran yang sudah berkenan membangun sinergi dan juga kerjasama dengan BKKBN yang diwujudkan dengan MoU pada sore hari ini," kata Hasto.
BACA JUGA:
Hasto kemudian menjelaskan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, luas dan memiliki jumlah penduduk yang relatif banyak. Bahkan, hasil dari sensus penduduk tahun 2020 ada sekitar 27 persen atau skeitar 70 juta jiwa adalah remaja yang di usia 10 sampai 24 tahun.
"Dan bangsa kita setiap tahun melahirkan sebanyak penambahan jumlah penduduk. Dan remaja menjadi dominan sekali untuk di masa sekrang dan di masa-masa yang akan datang," jelasnya.
"Penentu dari masa depan bangsa adalah remaja dan pemuda termasuk penentu kualitas generasi stunting atau tidaknya generasi yang akan datang adalah pemuda dan remaja," imbuh Hasto.