Bagikan:

JAKARTA - Dokter di India memperingatkan praktik penggunaan kotoran sapi dengan keyakinan akan menangkal COVID-19, dengan mengatakan tidak ada bukti ilmiah untuk keefektifannya dan berisiko menyebarkan penyakit lain.

Pandemi virus korona telah menyebabkan kehancuran di India. Data Kementerian Kesehatan India, kasus infeksi harian virus corona di India bertambah 329.942, sementara kematian akibat penyakit bertambah 3.876. Total kasus infeksi virus corona di India sekarang mencapai 22,99 juta, sementara total kematian naik menjadi 249.992, hingga Selasa 11 Mei.

Di negara bagian Gujarat di India barat, beberapa orang percaya telah pergi ke tempat penampungan sapi seminggu sekali untuk melumuri tubuh mereka dengan kotoran dan air kencing sapi, dengan harapan itu akan meningkatkan kekebalan mereka terhadap, atau membantu mereka pulih dari, virus corona.

Dalam agama Hindu, sapi adalah simbol suci kehidupan dan bumi. Selama berabad-abad umat Hindu telah menggunakan kotoran sapi untuk membersihkan rumah mereka dan untuk ritual doa, karena dipercaya memiliki khasiat terapeutik dan antiseptik.

"Kami melihat, bahkan dokter datang ke sini. Keyakinan mereka adalah, terapi ini meningkatkan kekebalan mereka dan mereka dapat pergi dan merawat pasien tanpa rasa takut," kata Gautam Manilal Borisa, seorang manajer asosiasi di sebuah perusahaan farmasi, yang mengatakan praktik tersebut membantunya pulih dari COVID-19 tahun lalu, melansir Reuters, Selasa 11 Mei. 

Sejak itu ia menjadi anggota tetap Shree Swaminarayan Gurukul Vishwavidya Pratishthanam, sebuah sekolah yang dijalankan oleh biksu Hindu yang terletak tepat di seberang jalan dari markas besar Zydus Cadila India, yang sedang mengembangkan vaksin COVID-19 sendiri.

Saat peserta menunggu kotoran dan campuran urine di tubuh mereka mengering, mereka memeluk atau menghormati sapi di tempat penampungan, dan berlatih yoga untuk meningkatkan tingkat energi. Bungkusnya kemudian dicuci dengan susu atau buttermilk.

Sebelumnya, para dokter dan ilmuwan di India dan di seluruh dunia telah berulang kali memperingatkan agar tidak mempraktikkan pengobatan alternatif untuk COVID-19, dengan mengatakan hal itu dapat menyebabkan rasa aman yang salah dan memperumit masalah kesehatan.

"Tidak ada bukti ilmiah yang konkret bahwa kotoran sapi atau urin bekerja untuk meningkatkan kekebalan terhadap COVID-19, itu sepenuhnya didasarkan pada keyakinan," ungkap Dr. JA Jayalal, presiden nasional di Indian Medical Association.

"Ada juga risiko kesehatan yang terlibat dalam mengolesi atau mengonsumsi kotoran dan urine sapi ini, penyakit lain dapat menyebar dari hewan ke manusia," tegasnya.

Selain itu, ada juga kekhawatiran praktik tersebut dapat berkontribusi pada penyebaran virus karena melibatkan orang yang berkumpul dalam kelompok.