JAKARTA - Pemimpin monarki terlama di Inggris, Ratu Elizabeth II membatalkan perayaan hari ulang tahunnya yang ke-94. Ulang tahun Ratu Elizabeth sendiri jatuh pada Selasa 21 April.
Pihak kerajaan telah meminta agar tidak dilakukan hormat senjata untuk menandai perayaan ulang tahun tersebut karena dirasa tidak pantas. Apalagi Inggris sedang memerangi wabah COVID-19 yang mematikan.
Inggris berada di urutan keenam di dunia yang menghadapi kasus COVID-19 terbanyak. Terdapat 16.000 orang yang dilaporkan meninggal dari 120.000 kasus COVID-19 di Inggris.
Melansir Reuters, Senin 20 April 2020, hormat senjata yang mana ditembakkan dari berbagai lokasi di London, biasanya dilakukan oleh keluarga kerajaan untuk menandai acara-acara khusus seperti peringatan sesuatu dan ulang tahun.
Ratu sangat paham bahwa tidak ada langkah-langkah khusus yang bisa dilakukan untuk melakukan hormat senjata untuk peringatan ulang tahunnya karena dia pun merasa tidak pantas untuk melakukan itu dalam situasi ini. Hal ini diyakini sebagai permintaan pertama dalam 68 tahun pemerintahan Ratu Elizabeth.
"Kami tidak akan merayakan ulang tahun Yang Mulia dengan cara khusus apa pun tahun ini karena krisis #coronavirus,” kata sebuah pernyataan lewat Twitter media Inggris yang pertama kali melaporkan permintaan ratu.
Istana Buckingham bulan lalu mengatakan, parade untuk merayakan ulang tahun Ratu Elizabeth yang dilakukan pada Juni, tidak akan digelar mengingat pembatasan pada pertemuan sosial. Tidak ada rencana alternatif untuk menggantikan parade tersebut. Lalu pada awal April, Ratu Elizabeth juga sempat menyampaikan pesan yang menyejukkan untuk bangsa, menjanjikan "Hari yang lebih baik akan kembali."
Inggris sudah berada di minggu keempat kebijakan lockdown. Banyak kegiatan bisnis yang terpaksa ditutup dan warga diperintahkan untuk terus berada di rumah. Pihak pemerintah juga menyatakan tidak mempertimbangkan untuk mencabut aturan lockdown tersebut karena kondisi Inggris kini masih 'sangat mengkhawatirkan' mengingat terdapat peningkatan dalam jumlah korban jiwa.
Selain itu, tim medis Inggris juga tengah bersitegang dengan pihak pemerintah. Pasalnya, para tim medis mendapatkan saran dari pemerintah bahwa alat pelindung diri (APD) yang dipakai saat merawat pasien yang terinfeksi COVID-19 harus digunakan kembali karena persediaan yang menipis di seluruh negeri. Pengiriman APD sebanyak 84 ton dari Turki, yang menurut para menteri akan tiba pada Minggu 19 April, ternyata ditunda.